Fenomena Pelatih Lokal Tergusur dari BRI Liga 1, Pengamat: Ilmu Bisa Bersaing, tapi Kalah Karakter dan Nilai Komersial

6 hours ago 1

Bola.com, Jakarta Sejak pergantian nama kompetisi kasta tertinggi Indonesia menjadi Liga 1 pada 2017, pelan-pelan posisi pelatih lokal mulai tergerus.

Padahal di awal penyatuan kompetisi eks Perserikatan dan eks Galatama pada 2008, deretan pelatih nasional masih membanjiri klub-klub profesional di Tanah Air.

Pada BRI Liga 1 2024/2025 dimulai masih ada nama-nama seperti Widodo C. Putro, Hendri Susilo, Rahmad Darmawan, dan Imran Nahumarury. Namun ketika Liga 1 belum seumur jagung, Widodo tersingkir dari Madura United. Begitu pula Hendri Susilo yang harus hengkang dari Semen Padang.

Figur sarat pengalaman seperti Rahmad Darmawan yang dua musim terakhir jadi juru selamat Barito Putera, akhirnya harus berpisah dengan Laskar Antasari di pekan ke-19.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Tersisa 1

Tinggal Imran Nahumarury yang bertahan hingga kompetisi memasuki pekan ke-21 ini. Berikutnya, sosok senior Emral Abus juga tiba-tiba muncul lagi untuk menyelamatkan PSBS yang berpisah dengan arsitek asal Argentina sekaligus mantan penggawa Timnas Tango, Juan Esnaider.

Meski Imran dan Emral menangani dua tim promosi Liga 1, mereka mampu bersaing soal adu taktik dengan jurulatih asing yang tersebar di 16 klub Liga 1.

"Rahmad Darmawan, Imran, dan Emral bisa bertahan karena klub yang ditanganinya masih kental dengan kekeluargaan dan kedekatan primordial. Tapi tetap prestasi lah jadi penentu apakah seorang pelatih bisa bertahan atau tidak," kata Toni Ho.

Sebenarnya Ilmu Berimbang

Pria asal Makassar yang juga telah malang melintang melatih beberapa klub Indonesia ini menyatakan sebenarnya ilmu yang dimiliki pelatih lokal tak kalah dengan asing.

"Kalau pelatih sudah punya lisensi A Pro, ilmunya sama. Yang membedakan adalah karakter pelatih itu membawa tim. Analoginya seperti di kehidupan sehari-hari. Motivasi seorang perantau pasti berbeda dengan penduduk asli. Ini membuat pelatih asing sebagai perantau punya motivasi besar bersaing di kompetisi," ujarnya.

Toni Ho tak heran dengan tersisihnya para koleganya di sepak bola Indonesia.

"Fenomena ini tak hanya dialami pelatih kepala, tapi sudah sampai posisi asisten pelatih hingga pelatih fisik. Tapi saya ini hal wajar di era globalisasi dan sepakbola industri. Dari nilai komersial, pelatih asing punya nilai lebih dibanding lokal untuk menarik sponsor," ucapnya.

Keunggulan Pelatih Asing

Pelatih asing, lanjut Toni Ho, juga punya kelebihan soal bank data pemain. Karena mereka punya pengalaman melatih di beberapa negara.

"Nah pengalaman menangani klub di kompetisi luar negeri jadi kelebihan pelatih asing. Mereka punya data pemain asing lebih banyak daripada pelatih lokal yang mengandalkan agen pemain. Sehingga saat klub dia membesut di Liga 1, mereka bisa mendatangkan pemain baru yang kualitasnya bisa ditarungkan di Indonesia," jelasnya.

Sementara Rudy Eka Priyambada menanggapi biasa saja fenomena di Liga 1 ini. Dia yakin pada saatnya nanti pelatih lokal akan jadi tuan di negeri sendiri.

"Ini tantangan bagi pelatih lokal untuk terus menambah ilmu. Saya tetap optimis. Saya yakin suatu saat pelatih lokal akan banyak di klub Liga 1 lagi. Contohnya di Liga Super Malaysia yang dulu dibanjiri pelatih asing, kini mulai banyak memakai jasa pelatih lokal," paparnya.

Read Entire Article
Ilmu Pengetahuan | | | |