Bola.com, Amsterdam - Bek FC Copenhagen dan Timnas Indonesia, Kevin Diks, menceritakan karier pahitnya bersama Fiorentina dan Empoli di Serie A beberapa tahun lalu.
Kevin Diks bergabung dengan Fiorentina dari Vitesse pada musim panas 2016 dengan mahar 2,9 juta euro atau setara Rp50 miliar.
Kevin Diks, yang ketika itu masih berusia 20 tahun, dikontrak Fiorentina selama lima musim, tetapi hanya menjadi spesialisasi pinjaman hingga 2021.
Kevin Diks disekolahkan Fiorentina ke Vitesse, Januari-Juni 2017, Feyenoord pada Juli 2017-Juni 2018, Empoli (Januari-Juni 2019), dan Aarhus GF di Denmark, September 2019-Juni 2021.
Total selama periodenya di Fiorentina pada 2016-2021, Kevin Diks hanya dimainkan dua kali dengan jumlah lima menit di atas lapangan, yakni ketika melawan Cagliari dan Napoli pada Serie A 2016/2017.
"Ketika saya tidak bermain di Fiorentina selama enam bulan pertama, saya kembali ke Vitesse. Mereka memberi saya waktu bermain. Jadi, saya kembali, tetapi saya sangat bersemangat," ujar Kevin Diks dalam kanal YouTube The Haye Way.
"Ketika Anda masih muda, Anda ingin menunjukkan kemampuan Anda kepada semua orang. Tetapi, saya tidak dalam pola pikir yang tepat. Jadi, sebenarnya saya menjalani setengah musim yang sangat buruk di Vitesse ketika saya kembali," tuturnya.
Bola Break kali ini kedatangan Muhammad Hanafing, seorang mantan pelatih Timnas Indonesia yang saat ini menjadi Dirtek Safin Football Academy. Banyak obrolan menarik terutama terkait akar rumput sepak bola Indonesia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Peminjaman ke Feyenoord
Cerita panjang lantas mengalir.
"Saya pikir saya hampir memiliki jumlah pertandingan sebanyak kartu kuning. Kemudian di musim panas, Feyenoord datang. Saya berpikir, saya tidak akan pernah bisa menolak klub yang saya dukung saat masih kecil," jelas Kevin Diks.
"Ketika masih kecil, Anda akan mendukung Feyenoord, Ajax, atau PSV. Feyenoord datang. Jadi, saya tidak bisa mengatakan tidak. Jadi ,saya berkata 'ya'. Tapi, jika melihat kembali, mungkin itu bukan keputusan yang tepat karena tekanan di Feyenoord selalu ada. Tekanan itu konstan."
"Jika Anda tidak bermain sebagai pemain muda, akan lebih sulit mendapatkan kontinuitas. Jadi, saya memulai dengan buruk. Saya menjalani setengah musim yang buruk."
"Semua pendukung Feyenoord sebenarnya, saya tidak akan mengatakan membenci, tetapi mereka tidak menginginkan saya di sana. Kadang-kadang, saat saya pemanasan, mereka mengatakan, 'Kembalilah ke Italia'."
"Kata-kata kasar yang bisa mereka ucapkan di Feyenoord. Anda selalu mencoba berpikir bahwa itu tidak mengganggu Anda. Tetapi, tentu saja itu mengganggu karena seluruh stadion, ketika saya mendapatkan bola, kadang-kadang mereka bahkan mencemooh saya," ungkap Kevin Diks.
"Karena saya bermain buruk di beberapa pertandingan, dan tentu saja, bukan niat saya bermain buruk atau melakukan umpan yang salah. Jadi, waktu itu, setengah musim itu, sangat sulit. Tetapi, itu juga membuat saya berkembang menjadi pemain sepak bola seperti sekarang."
"Saat saya tidak bermain, saya dan Bart Nieuwkoop sama-sama duduk di bangku cadangan untuk menggantikan pemain. Ketika pemain cedera, saya mulai bermain lagi, dan segalanya menjadi lebih baik karena saya bermain dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya," tutur Kevin Diks.
Cedera di Fiorentina
Pemain yang berulang tahun setiap 6 Oktober ini melanjutkan ceritanya.
"Saya memenangkan piala di sana, dan setelah setengah musim itu, akhirnya semuanya berakhir dengan cukup baik. Kemudian saya kembali ke Fiorentina dan berpikir, 'Oke, saya akan bermain di Liga Champions.'," ucap Kevin Diks.
"Saya menjalani setengah musim terakhir dengan sangat baik. Saya pikir mungkin mereka ingin mempertahankan saya, membiarkan saya tetap bermain di Fiorentina."
"Jadi, saya pikir itu langkah terbaik bagi saya dalam hal sepak bola, melakukan langkah kecil dan bermain lagi. Saya bahkan berlatih dengan tim Belanda di musim panas sebelum kami pergi ke kamp pelatihan dengan tim U-21. Saya berlatih dengan enam atau tujuh pemain lainnya."
"Ya, saya berlatih dengan beberapa pemain tim utama saat para pemain belum kembali. Jadi, saya berpikir, 'Oke, ini berjalan dengan sangat baik'. Jadi bukan tanpa alasan saya bisa berlatih dengan mereka sebelum kembali ke Fiorentina. Tetapi, kemudian saya mengalami cedera besar di Fiorentina setelah pra-musim yang sangat baik," tuturnya.
"Saya menjalani pra-musim yang sangat bagus. Awalnya mereka mengatakan saya bisa pergi. Setiap minggu, pelatih, Fiorentina, berkata, 'Tidak, tidak, tidak, Kevin, kamu tinggal satu minggu lagi, 'satu minggu lagi, oke?' Satu minggu lagi'. Karena saya bermain sangat baik dan saya sangat menyukai berada di sana," lanjutnya.
"Tetapi, di akhir pra-musim, ketika bursa transfer sudah ditutup, mereka menempatkan bek tengah Nikola Milenkovic sebagai bek kanan. Saya tidak bermain satu menit pun dan hanya melakukan pemanasan di setiap pertandingan," ucapnya.
"Saat itu saya berpikir, 'Apa yang sedang terjadi?' Kemudian saya mengalami cedera lutut yang parah. Saya merasa mereka meninggalkan saya begitu saja. Saya menjalani rehabilitasi sehari setelahnya, padahal saya bahkan belum didiagnosis dengan benar," keluhnya.
Tidak Pernah Bermain untuk Empoli
Kisah "pahit" Kevin Diks masih berlanjut.
"Saya melakukan rehabilitasi dengan pelatih fisik, tetapi tidak ada fisioterapis atau dokter untuk saya. Rasanya seperti mereka tidak peduli dengan saya. Begitulah perasaan saya," ungkapnya.
"Kemudian, saya pindah ke Empoli saat saya mulai sedikit pulih sebagai bagian dari kesepakatan dengan Jacob Rasmussen yang pindah ke Fiorentina dengan nilai sekitar 7 juta euro. Mereka meminjam saya, tetapi saya masih cedera. Saya tinggal di Florence, tetapi bermain untuk Empoli. Namun, saya tidak pernah bermain karena separuh waktu saya masih cedera. Pada satu titik, saya benar-benar muak," ucapnya.
"Saya mengalami masa di mana saya tidak menerima gaji di Italia. Itu kadang-kadang terjadi. Lalu saya benar-benar muak dan berkata, 'Oke, kamu tahu apa?' Saya menelepon agen saya, yang masih menjadi agen saya dari 2016 hingga sekarang. Saya berkata, 'saya harus pergi dan menjalani rehabilitasi dengan fisioterapis saya karena saya tidak bisa melakukan ini lagi. Saya berjuang tanpa hasil'."
"Hal yang sama terjadi di Empoli. Saya tidak merasa penting seperti yang seharusnya dirasakan seorang pemain sepak bola. Jadi, saya pergi ke Belgia. Saya berada di sana selama empat bulan. Saya membayar semuanya dengan uang saya sendiri. Saya melakukan segalanya sendiri. Itu adalah periode yang sangat sulit," kata Kevin Diks.
FC Copenhagen dan Borussia Monchengladbach
Sejak 2021, Kevin Diks bermain untuk FC Copenhagen di Denmark dengan catatan 158 pertandingan, 20 gol, 19 assist, 26 kartu kuning, dan tiga kartu merah.
Ketika kontraknya bersama FC Copenhagen habis pada musim panas 2025, Kevin Diks bakal hijrah ke Borussia Monchengladbach di Bundesliga. Dia menandatangani kontrak selama lima tahun.
Sumber: The Haye Way