Bola.com, Surabaya - Panpel Persebaya Surabaya sudah dua kali menjamu Arema FC di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, sejak meletusnya Tragedi Kanjuruhan. Keduanya berjalan lancar dengan pengamanan standar.
Dalam dua kesempatan itu, tim Arema selalu datang menggunakan bus dan meninggalkan stadion memakai kendaraan taktis (rantis). Tak ada perlakuan buruk dari suporter Bonek, bahkan saat hanya menaiki bus.
Terakhir, Persebaya menjamu Arema dalam laga pekan ke-13 BRI Liga 1 2024/2025 di Stadion GBT, Sabtu (7/12/2024). Semuanya berjalan lancar, termasuk ada one minute silence untuk mendoakan korban Tragedi Kanjuruhan.
Nah, Arema belum pernah memainkan pertandingan di Malang saat menjamu Persebaya. Keduanya bakal bersua di putaran kedua pada 28 April 2025. Belum dipastikan di mana laga tersebut akan digelar.
Ketua Panpel Persebaya, Ram Surahman, berharap pihaknya nanti juga mendapat perlakuan yang baik juga saat dijamu Singo Edan.
“Nanti ketika Persebaya bermain di Malang, kami berharap mendapat perlakuan yang sama. Artinya, sudah tidak ada lagi permusuhan,” ujar Ram Surahman.
“Sudah lupakanlah yang masa lalu. Kita sudah mulai harus menatap ke depan. Timnas kita sudah cukup bagus ini, berarti sekarang kualitas sepak bola kita juga harus lebih baik,” imbuhnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Aman di Surabaya
Seperti diketahui, Tragedi Kanjuruhan merupakan peristiwa yang lahir pada pada 1 Oktober 2022. Insiden itu menewaskan sebanyak 135 orang setelah Arema kalah 2-3 dari Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Kekalahan itu membuat suporter Aremania masuk lapangan. Tak ada suporter Persebaya dalam duel itu karena kedua kubu masih dalam kesepakatan tidak diperbolehkan saling berkunjung. Aremania yang mengamuk menghadapi pihak keamanan hingga melahirkan ratusan korban jiwa.
Setelah insiden itu, Persebaya dan suporter Bonek berulang kali menunjukkan solidaritas untuk korban Tragedi Kanjuruhan. Aksi ini mampu menembus rivalitas sengit yang kerap diremehkan oleh sejumlah pihak.
Bonek menunjukkan bahwa Surabaya aman untuk tim Arema. Terbukti, skuad Singo Edan datang menggunakan bus ke Stadion GBT seperti musim lalu.
Pihak keamanan namun tetap memutuskan tim Arema meninggalkan stadion menggunakan kendaraan taktis (rantis). Momen itu bersamaan dengan keluarnya suporter Bonek dari stadion dan tak ada perlakuan negatif seperti pelemparan atau lainnya.
“Semua berjalan lancar, overall tidak ada insiden apapun yang berarti, Arema juga datang kesini dengan nyaman, dengan naik bus, dan semua tahu di lapangan juga aman-aman saja,” ujar Ram.
Kampanye Laga Aman
Ram menuturkan bahwa pihak Persebaya masih terus membuat kampanye kemanusiaan di pertandingan kandang. Sebelumnya, mereka membuktikan bisa menjamu Persija Jakarta dengan baik.
“Ini rangkaian juga, kami lawan Persija juga sama, Football for Humanity. Artinya pesan-pesan kemanusiaan kami gelorakan di momen-momen yang orang juga jadi pusat perhatian dan hampir tidak mungkin. Contoh lawan Persija ada Jakmania kesini, banyak yang meragukan,” imbuh Ram.
Football for Humanity yang dimaksud Ram adalah saat Persebaya menjamu Persija Jakarta di pekan ke-11 lalu (22/11/2024). Saat itu, Persebaya dan Bonek menerima kehadiran The Jakmania meski ada regulasi larangan tanpa suporter tamu.
Bonek tetap menyambut hangat kedatangan The Jakmania. Sejumlah tokoh dari kedua kubu hadir dan bersatu saling menyapa sebelum pertandingan.
Pesan perdamaian itu sayangnya tetap tidak dianggap sebagai hal positif oleh operator kompetisi. Persebaya dijatuhi sanksi denda sebesar Rp25 juta karena kehadiran suporter tamu.
“Harapan kami pesan ini juga bisa setidaknya di tingkat Indonesia, bahwa ini pesan-pesan kemanusiaan ini juga bisa di klub-klub lain juga akan berlaku sama. Sehingga sepak bola kita bisa menjadi lebih nyaman,” tutur Ram Surahman.