Bola.com, Jakarta Timnas Indonesia pernah mendulang malu saat kalah telak di markas Bahrain. Ya, Bahrain bisa menang 10 gol tanpa balas atas Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia pada 12 tahun lalu.
Tepatnya tanggal 29 Februari 2012 di Stadion Nasional Bahrain, Kota Riffa. Ketika itu, karut-marut sepak bola Tanah Air yang berujung perpecahan membuat Timnas Indonesia tidak bisa turun dengan kekuatan terbaiknya di Kualifikasi Piala Dunia 2014.
Bermaterikan pemain dari Indonesia Premier League (IPL) dan tanpa pemain dari Indonesia Super League (ISL), Timnas Indonesia pimpinan Aji Santoso dibantai 0-10 oleh tuan rumah Bahrain dalam matchday terakhir Grup E Kualifikasi Piala Dunia 2014.
Kekalahan itu menjadi memori pahit dan sejarah kelam bagi sepak bola, terutama Timnas Indonesia, yang ingatannya masih terekam jelas meski telah 12 tahun berlalu.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Malunya Minta Ampun
Pelatih Aji Santoso memanggil nama-nama dalam skuadnya di antaranya Syamsidar, Rendy Irawan, Muhammad Taufiq, Irfan Bachdim, Gunawan Dwi Cahyo, Diego Michiels, Ferdinand Sinaga, Slamet Nurcahyo, dan pemain lainnya.
Satu di antara pemain yang ada dalam pertandingan itu ada Wahyu Wijiastanto. Bek dengan perawakan tinggi besar yang memperkuat klub Persiba Bantul. Lantas apa yang bisa diceritakannya dalam momen kelam di Riffa?
"Saya menit 69 masuk menggantikan Gunawan Dwi Cahyo. Selesai main di ruang ganti, semua pemain pelatih nangis, malunya minta ampun. Beberapa orang banyak tahu saat itu sepak bola kita seperti apa lagi ada problem di federasi jadi bukan faktor lain," terang Wahyu Wijiastanto dalam obrolannya di kanal Youtube Bicara Bola by Akmal.
Bantah karena Disuap
Kekalahan 10 gol tanpa balas dari Bahrain, menjadi noda yang masih membekas karena merupakan kekalahan terbesar yang pernah didapatkan Timnas Indonesia sepanjang sejarah. Banya pihak yang menuding adanya skandal dalam pertandingan itu, termasuk dugaan suap.
Namun demikian, Wahyu Wijiastanto sekali lagi menegaskan bahwa tidak ada yang namanya tindakan suap atau match fixing dengan pertandingan saat itu. Bahkan ia mengaku sempat diperiksa, namun tidak ada buktinya.
"Setelah kejadian itu, banyak muncul isu suap dan lain-lain. Bagi orang yang tahu sepak bola waktu itu tahu-lah keadaan sepak bola Indonesia harusnya paham," tuturnya.
"Saya dua hari didatangi Interpol, manajer Ferry Kodrat ikut mendampingi, setelah diselidiki juga tidak terbukti, enggak ada apa-apa," tegas pria kelahiran Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Fokus Jadi Pelatih
Wahyu Wijiastanto dalam karier sepak profesionalnya merumput untuk tim Persis Solo, Persiba Bantul, Semen Padang, Kalteng Putera, hingga Persip Pekalongan sebelum gantung sepatu.
Di level Timnas Indonesia, ia tercatat enam kali membela skuad Garuda dengan jam terbang selama total 472 menit. Namun siapa sangka, justru olahraga voli adalah yang pertama ia geluti, ketimbang bermain sepak bola.
Setelah gantung sepatu pada 2018, berkonsentrasi untuk menjadi seorang pelatih dengan kursus lisensi. "Sekarang fokus jadi pelatih sepak bola," jelasnya.
Sumber: Kanal Youtube Bicara Bola by Akmal