Bola.com, Jakarta Banyak kenangan indah yang terukir dalam ingatan para alumni Diklat Ragunan Jakarta dengan mendiang Syamsuddin Batola.
Seperti telah beredar luas di media mainstream dan sosial, legenda dan mantan pelatih PSM ini dalam perjalanan mewakili Persewangi menghadiri technical meeting peserta Liga 4 Jatim yang diselenggarakan di Surabaya.
Namun maut menjemput pelatih Persewangi Banyuwangi ini dalam kecelakaan lalulintas yang merenggut nyawanya di jalan tol Pasuruan-Probolinggo, Kamis (12/12/2024) pukul 05.30 WIB.
Salah satu sahabat yang sangat kehilangan atas kepergian eks libero tangguh Juku Eja itu adalah I Made Pasek Wijaya. Arsitek Academy Bali United kaget ketika mendapat kabar musibah yang menimpa Syamsuddin Batola.
"Saya diberitahu Alan Haviludin, pelatih kiper Malut United FC. Kebetulan dia juga berasal dari Makassar. Perasaan saya kaget dan merasa kehilangan seorang sahabat sejak kami sama-sama di Diklat Ragunan," katanya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kenangan Made Pasek
Pasek Wijaya pun menuturkan eratnya hubungan dengan Syamsuddin Batola. Banyak kenangan indah, manis, dan lucu saat menimba ilmu di Diklat Ragunan.
"Syam Batola sosok humble, mudah bergaul, dan jarang marah. Dia bergaul dengan siapa saja dan tak memandang status sosial, warna kulit, dan agama. Pokoknya dia figur yang luar biasanya," kenang Pasek Wijaya.
Ayah bek Bali United, Andhika Wijaya ini, mengungkapkan saat di Diklat Ragunan tinggal satu atap dengan siswa dari cabor sepakbola.
"Syam Batola pindahan dari Diklat Sulsel. Dia masuk Ragunan kelas dua. Tapi karena karakternya itu, dia cepat akrab dengan penghuni lainnya. Tiap cabor disediakan rumah sendiri secara terpisah. Meski dari Makassar pembawaan Syam Batola lembut dan santun," ucapnya.
Tak Terlupakan
Sebagai pesepak bola, Syamsuddin Batola punya teknik tinggi dan sportif.
"Dia main bola beneran. Skill dia sangat bagus. Syam Batola tak pernah main kasar atau sengaja mencederai teman di Ragunan atau lawan ketika kami jadi pesepakbola profesional," paparnya.
Pasek Wijaya dan Syam Batola satu angkatan dengan almarhum kiper Listianto Rahardjo, Alexander Saununu, Frans Sinatra, hingga Bonggo Pribadi. Tapi di rumah besar itu ada siswa lain yang kelasnya di atas atau di bawah mereka.
"Di rumah Diklat Ragunan seakan tak ada sekat antara senior dan junior. Waktu pelajaran kelasnya berbeda, tapi kalau latihan kami satu lapangan. Syam Batola seorang muslim yang sangat toleran dengan teman yang berbeda agama. Bahkan dia malah sering mengingatkan teman agama lain jika waktunya beribadah," ujarnya.
Berbeda Agama
Para siswa Diklat Ragunan sangat heterogen baik dari asal suku, daerah, dan agamanya. Pasek Wijaya pemeluk Hindu, Alexander Saununu beragama Nasrani, dan Syam Batola seorang muslim.
"Di Ragunan itu kami sama sekali tak memandang latar belakang masing-masing. Kami sebagai perantau yang sedang mencari ilmu adalah mengejar cita-cita jadi pesepakbola bagus," jelasnya.
Mantan bek kiri Timnas Indonesia era 1990-an ini menceritakan kisah lucu, tapi penuh haru terkait jalinan batin sesama siswa di Diklat Ragunan.
"Chemistry kami sangat kuat. Bahkan rasanya kami seperti keluarga dan tak ingin berpisah. Kami seolah tak mau cepat lulus dari Diklat Ragunan agar bisa terus berkumpul dengan teman-teman," pungkasnya.