Level Kesulitan yang Akan Dihadapi Patrick Kluivert saat Menangani Timnas Indonesia: Waktunya Mepet, Targetnya Tinggi

6 days ago 10

Bola.com, Jakarta Pemecatan PSSI memang menggoreskan kepedihan, setidaknya bagi pemuja setianya. Pemakzulan terkesan tergesa-gesa dan dipaksakan, mengingat Shin Tae-yong masih mengantongi kontrak hingga 2027 di Timnas Indonesia.

Selain itu, PSSI juga dianggap berjudi mengingat Timnas Indonesia dalam waktu dekat akan melakoni laga lanjutan Grup C ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Pada 20 Maret, Skuad Garuda bentrok versus Australia dalam laga away dan berselang lima hari menjamu Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Kemudian, pada 5 Juni, Jay Idzes cs. kembali meladeni China di Senayan.

PSSI yakin, sang suksesor, Patrick Kluivert mampu menyapu bersih tiga laga yang sekaligus membuka kans Indonesia yang kini bercokol di posisi ketiga dengan enam poin finis sebagai runner-up dan lolos langsung ke Piala Dunia 2026.

Erick Thohir dan kolega sah-saja merasa pede. Tapi, menembus putaran final pesta terakbar empat tahunan yang rencananya akan mentas di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko jelas tak mudah.

Soalnya, Australia, Bahrain, dan China juga punya mimpi yang sama dengan Indonesia. Jadi, bisa dipastikan, Skuad Garuda bakal menghadapi pertempuran hebat.

Tak hanya itu, Patrick Kluivert bisa saja gagal mengemban misi karena faktor lain. Apa saja? Berikut beberapa di antaranya:

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Persiapan yang mepet

Biar bagaimana pun, Patrick Kluivert bukan sedang melakoni pertunjukan sulap di atas panggung pasar malam. Hanya dengan adakadabra, semua bisa terwujud dengan mudah.

Maka, praktis hanya menyisakan waktu sekitar 2,5 bulan, akankah Patrick Kluivert bisa mempersembahkan dua kemenangan dari Australia dan Bahrain?

Belum lagi ihwal amunisi, strategi dan kerjasama antarlini, mengingat PSSI tengah mengebut proses naturalisasi sejumlah pemain keturunan. Tak mudah tentunya bagi Patrick Kluivert untuk mengejawantahkan strategi yang ia inginkan.

Reaksi negatif

Tekanan publik dipastikan tak semasif sekarang, jika saja PSSI tak menunjuk Patrick Kluivert sebagai pengganti Shin Tae-yong.

Maklum, Patrick Kluivert sama sekali tak punya rekam jejak yang bisa dibanggakan saat menukangi Jong Twente, Curaçao, pun klub antah berantah Adana Demirspor. Selama membesut ketiga tim itu, selain hanya seumur jagung juga nihil trofi.

Patrick Kluivert juga dikenal sebagai asisten pelatih di banyak klub dan yang paling mentereng saat masuk ke dalam tim kepelatihan Timnas Belanda di Piala Dunia 2014 besutan Louis van Gaal.

STY masi lebih oke

Dibandingkan Patrick Kluivert, pahatan Shin Tae-yong sebagai ahli taktik jauh lebih mengilap. Setidaknya, STY pernah memimpin Korea Selatan di Piala Dunia 2018. Saat itu, secara mengejutkan, Korsel mampu mengalahkan Jerman di fase grup.

Walau pada akhirnya terdepak, tapi kemenangan atas Jerman setidaknya membuat nama Shin Tae-yong sempat meroket ke langit ke tujuh.

Di level klub, Shin Tae-yong juga pernah mempersembahkan gelar jawara AFC Champions League 2010 dan Korean FA Cup 2011 kepada Seongnam Ilhwa Chunma.

Sukses Timnas Indonesia bertahan hinggaa putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia juga tak lepas dari keringatnya, meski ia juga tak bisa memungkiri program naturalisasi yang digeber PSSI sangat berperan besar.

Read Entire Article
Ilmu Pengetahuan | | | |