Bola.com, Jakarta - Sejumlah pemain Timnas Indonesia harus mengalami nasib pahit setelah tergusur dari skuad inti, terutama sejak datangnya Patrick Kluivert sebagai juru taktik baru skuad Garuda pada medio Januari 2025 lalu.
Padahal, para pemain ini sempat menjadi pilihan utama Timnas Indonesia di masa kepemimpinan Shin Tae-yong. Kendati mereka kesulitan memperoleh menit bermain di klub, STY tetap memberikan kepercayaan tampil untuk para pemain ini.
Kini, pemain-pemain ini sudah tak lagi mendapatkan kesempatan di masa kepelatihan Patrick Kluivert. Selain faktor jam terbang, hadirnya amunisi naturalisasi baru juga menjadi faktor tersingkirnya para pemain ini dari skuad utama.
Para pemain ini sudah sangat kesulitan menembus skuad inti tim Merah Putih. Beberapa di antaranya jadi penghangat bangku cadangan, sedangkan nama lainnya tak pernah didaftarkan.
Berikut Bola.com menyajikan ulasannya:
Patrick Kluivert berikan alasannya menurunkan banyak pemain Liga 1 di laga melawan China. Menurutnya, para pemain lokal layak bermain membela Timnas Indonesia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jordi Amat
Jordi Amat merupakan salah satu pemain keturunan yang membela Timnas Indonesia pada era Shn Tae-yong. Dia juga langsung menjadi salah satu bek tengah yang menjadi andalan di jantung pertahanan skuad Garuda.
Namun, perlahan Jordi harus kehilangan tempat. Dia tercatat terakhir kali bermain pada laga putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, tepatnya ketika Timnas Indonesia menghadapi Jepang pada November 2024.
Sejak saat itu, sejak skuad Merah Putih diasuh oleh Patrick Kluivert, Jordi Amat sudah tak pernah mendapatkan kesempatan bermain. Dia kalah bersaing dengan pemain yang lebih muda, seperti Jay Idzes hingga Justin Hubner.
Pratama Arhan
Pada masa kepelatihan Shin Tae-yong, Pratama Arhan bisa dibilang sebagai salah satu pemain kesayangan yang selalu dapat kepercayaan. Dia rutin mendapatkan kesempatan bermain sebagai bek kiri.
Namun, perlahan posisinya mulai tergerus dari skuad utama. Momen ini tepatnya terjadi ketika Timnas Indonesia mulai bisa menurunkan Calvin Verdonk. Sejak era STY, Verdonk langsung jadi andalan utama.
Bahkan, ketika sudah memasuki era Patrick Kluivert, Pratama Arhan jadi salah satu pemain yang terlempar. Meskipun mendapatkan panggilan, dia tidak pernah masuk dalam skuad dalam empat laga terakhir.
Asnawi Mangkualam
Selanjutnya, pemain kesayangan Shin Tae-yong lainnya yang juga harus gigit jari karena kehilangan tempat di skuad Timnas Indonesia pada masa kepelatihan Patrick Kluivert ialah Asnawi Mangkualam.
Asnawi sebetulnya jadi salah satu pemain lokal yang paling sering jadi andalan sejak masa awal kepelatihan STY. Bahkan, bek yang kini berkarier bersama Port FC di Liga Thailand itu juga sempat berstatus sebagai kapten.
Sayangnya, Asnawi kini sudah tergusur dari tempat utama. Sebab, persaingan di sektor wingback kanan semakin sengit, terutama sejak hadirnya Kevin Diks, yang mulai menjadi andalan Kluivert.
Rafael Struick
Selanjutnya, amunisi andalan Shin Tae-yong yang nyaris tak pernah tergantikan di lini depan ialah Rafael Struick. Meski ketajamannya diragukan, Struick tetap selalu dipasang sebagai starter oleh Shin Tae-yong.
Pada awal masa kepemimpinan Patrick Kluivert, Struick masih sempat mendapatkan kesempatan bermain satu babak melawan Australia. Namun, sejak saat itu, dia sudah tak pernah lagi dipasang.
Nasib Struick tak jauh berbeda dengan nama-nama lainnya. Penyerang berusia 22 tahun ini menghadapi kesulitan untuk menggeser Ole Romeny yang kini menjelma andalan baru di lini depan Timnas Indonesia.
Nathan Tjoe-A-On
Nasib yang tak jauh berbeda juga dialami oleh Nathan Tjoe-A-On. Sejak resmi menjadi warga negara Indonesia (WNI) pada medio Maret 2024, dia menjelma pemain andalan baru Shin Tae-yong di Timnas Indonesia.
Nathan adalah tipe pemain yang bisa dipasang di sejumlah posisi sesuai kebutuhan. Keunggulan itulah yang membuatnya adaptif dan bisa menjalankan berbagai peran yang diberikan oleh pelatih.
Dia sebetulnya sempat dapat kesempatan bermain ketika menghadapi Australia pada Maret 2025 lalu. Sayangnya, itu menjadi kali terakhir bagi Nathan untuk bermain di bawah asuhan Patrick Kluivert.