Bola.com, Kediri - Sartono Anwar bangga pernah menjadi asisten pelatih Wiel Coerver di SEA Games Jakarta 1979. Selain ilmu, kenangan paling berkesan bagi dia adalah filosofi Wiel Coerver bahwa sepak bola adalah seni dan kegembiraan.
Selain Toni Paganick dari Rusia di era Orde Lama di bawah Presiden Soekarno, nama Wiel Coerver juga sangat melegenda dalam sejarah sepakbola Indonesia pada masa Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto.
Bagi para pelaku sepak bola Nasional yang pernah bekerja sama dan ditangani langsung Wiel Coerver pasti memuji setinggi langit sosok pelatih asal Belanda itu. Salah satu yang punya kesan khusus dengan Wiel Coerver adalah Sartono Anwar.
Wiel Coerver pertama datang ke Indonesia dalam tur Asia Asia bersama Feyenoord pada tahun 1974. Ketika itu Feyenoord baru saja meraih gelar kampiun Eredivisie Belanda dan juara Piala UEFA.
Tapi siapa sangka, dalam masa kejayaannya Wiel Coerver berhasil dirayu Ketua Umum PSSI saat itu, Bardosono, untuk membesut Timnas Indonesia dalam Kualifikasi Olimpiade Montreal 1976. Setelah gagal lolos Olimpiade, karena kesehatannya Wiel Coerver pulang ke negaranya.
Namun untuk membayar utang sisa kontrak setahun dengan PSSI, pada tahun 1979 Wiel Coerver kembali lagi ke Indonesia untuk menyiapkan Timnas Indonesia tampil di SEA Games Jakarta 1979.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sangat Disiplin
Nah, momen inilah kisah indah Sartono Anwar dimulai. Atas saran dokter, demi kesehatan jantungnya, Wiel Coerver dilarang terjun langsung melatih.
Maka ditunjuklah Harry Tjong dan Sartono Anwar sebagai asisten pelatih yang menangani para pemain dalam latihan.
"Selain kami berdua, Wiel Coerver menunjuk rekan senegaranya, Hendrik, juga sebagai asisten. PSSI dan Wiel Coerver memanggil seleksi para pemain terbaik di Tanah Air," kata Sartono Anwar.
Sebagai asisten pelatih tentu saja ayah Nova Arianto, pelatih Timnas Indonesia U-17 ini, rutin bertemu, diskusi, dan menerima langsung arahan dari Wiel Coerver. Sartono Anwar pun sangat paham karakter pribadi mentornya itu.
"Wiel Coerver sangat disiplin. Dia punya wibawa besar. Para staf pelatih dan pemain saat bertatap muka dengan Wiel Coerver sudah merasa segan dan respek. Ternyata seorang pelatih ideal harus seperti Wiel Coerver, berilmu, berwibawa, dan disiplin," ujarnya.
Tetap Dampingi Pemain Meski Bermasalah Kesehatan
Meski bermasalah dengan kesehatannya, Wiel Coerver tetap berusaha mendampingi para pemain dalam aktifitas sehari-hari. Termasuk saat latihan di lapangan.
"Selain teknis, filosofi yang disampaikan Wiel Coerver bahwa sepak bola itu seni. Para pemain juga harus gembira. Baik saat latihan maupun di pertandingan. Sehingga para pemain tak merasa tertekan dan bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya di pertandingan," ucap Sartono Anwar.
Di mata Wiel Coerver, lanjut Sartono Anwar, tiap pemain adalah seniman di atas rumput hijau. "Wiel Coerver menekankan pada karakter pribadi," Sartono Anwar mengungkapkan.
"Dia menumpahkan semua ilmunya di latihan kepada pemain. Tapi dia memberi kebebasan kepada pemain berimprovisasi sesuai bakat seni main bolanya di pertandingan," jelasnya.