Bola.com, Jakarta - Ada satu kesimpulan menarik dalam artikel bertajuk, What Place Will Erick Thohir Have In Inter’s History? di website SempreInter.com pada 29 Oktober 2018. Editorial khusus yang membedah kiprah Presiden FC Internazionale, Erick Thohir sejak 2013 hingga ia melepas jabatannya ke Steven Zhang pada Oktober 2018 itu ditulis James J. Piscopo, jurnalis yang tinggal di Malta dan sudah mengikuti Inter selama lebih dari dua dekade.
Kolom yang mengulas perjalanan lima tahun Erick bersama La Beneamata itu menggarisbawahi bahwa Erick Thohir berperan penting dalam merestrukturisasi Inter dari bisnis milik keluarga menjadi klub sepak bola modern yang memanfaatkan potensi pencitraan mereknya yang mendunia. Meskipun, hal itu juga menunjukkan bagaimana bagi Erick, Inter adalah sebuah bisnis yang bagus.
This overview of Thohir’s presidency clearly underlines that Eric Thohir was instrumental in restructuring Inter from a family-owned business to a modern football club which sought to exploit it's branding potential. But it also showed how for Thohir, Inter was simply a piece of good business.Ya, berlatar belakang pengusaha, sudah pasti visi pertama Erick Thohir ketika dipercaya menjadi Ketua Umum PSSI pada 2023 harus membangun dan mempertahankan satu-satunya aset yang dimilikinya, sepak bola. Dalam konteks olahraga yang paling populer dan banyak penggemarnya di Indonesia, sudah pasti value aset tersebut sangat besar.
Menguasai aset yang luas daya jangkau serta penetrasi ke segala penjuru, Erick pun mengambil langkah-langkah restrukturisasi. Serupa dengan yang telah dilakukannya di Inter, serta beberapa klub sepak bola yang pernah dimasuki, DC United di MLS Amerika Serikat, dan kini Oxford United, di Liga Championship Inggris.
Berita Video, cerita Erick Thohir Martin Paes bisa debut lawan Arab Saudi pada Jumat (6/9/2024)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penataan Kembali Organisasi PSSI
Namun, yang dikerjakannya kali ini di PSSI dan sepakbola nasional lebih besar. Mengapa? Karena aset yang diusungnya membawa brand, “Indonesia”.
Atas nama Indonesia, Erick Thohir tak cuma melakukan penataan kembali organisasi PSSI, ia merestrukturisasi Timnas sehingga Tim Garuda kini menjadi kebanggaan nasional berkat torehan prestasi-prestasi terbaru. Program naturalisasi, TC jangka pendek yang fokus dan intensif, penunjukan pelatih yang tepat, serta sinkronisasi antara timnas Senior dan para pelapis di kelompok umur menjadikan Tim Garuda punya value lebih untuk mendukung tumbuhnya industri olahraga di Indonesia.
Sejak memimpin PSSI pada Februari 2023, sepak bola Indonesia menunjukkan kemajuan prestasi signifikan di berbagai kelompok umur. Hal ini tak hanya memberikan harapan cerah bagi masa depan sepak bola nasional. Lebih jauh lagi, aset berharga PSSI dan masyarakat ini punya dampak positif agar nama Indonesia yang makin dikenal dunia, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi di segala sektor yang berhubungan dengan sepak bola.
Medali emas SEA Games 2023 Kamboja, mengawali catatan gemilang sepak bola Indonesia di periode Erick Thohir. Timnas Indonesia U-22 meraih medali emas setelah menang 5-2 atas Thailand di final cabang sepak bola SEA Games 2023. Kemenangan ini mengakhiri puasa gelar selama 32 tahun. Setelah itu, catatan prestasi lain ikut menyusul.
Prestasi Timnas Datang Satu Per Satu
Di level kelompok umur, Garuda Muda menghasilkan hasil yang menjanjikan. Timnas U-23 menjadi runner-up Piala AFF U-23/2023, lalu disusul Timnas U-16 meraih peringkat ketiga di Piala AFF U-16 2024, dan puncaknya, Timnas U-19 menjadi juara di Piala AFF U-19 2024.
Gelar juara AFF U-19 itu menjadi catatan sejarah karena menjadi trofi pertama setelah 11 tahun usai Indonesia terakhir meraihnya di tahun 2013.
Di era Erick ini, kita juga menikmati pencapaian prestasi yang penuh drama, sekaligus menjadi landmark semakin loyalnya pecinta sepak bola terhadap skuad Merah-Putih ketika Timnas Indonesia U-23 untuk pertama kalinya berhasil lolos ke semifinal Piala Asia U-23 2024 di Qatar.
Tampil sebagai tim debutan, Indonesia mengejutkan dengan lolos ke semifinal usai menyingkirkan Korea Selatan lewat adu penalti 11-10 (2-2). Dan drama tak berhenti di titik itu. Peluang yang masih terbuka untuk tiket ke Olimpiade Paris 2024 membuat kita menyaksikan bagaimana perjuangan para pemain hingga titik terakhir.
Usai dibekuk Uzbekistan 2-0 di semifinal, dan kembali kalah 1-2 melawan Irak pada laga perebutan tempat ketiga Piala Asia U-23 2024, Garuda Muda harus melepas sementara mimpi ke pesta olahraga terbesar di dunia itu setelah di pintu terakhir harus mengakui keunggulan Guinea di babak play-off Olimpiade Paris 2024.
Jika sebelumnya, sepak bola Indonesia lebih banyak berkutat di level Asia Tenggara. Selama Erick memimpin, langkah Timnas Merah Putih mulai menginjak level Asia. Hal ini merujuk pada catatan untuk pertama kalinya tiga kategori Timnas Indonesia bakal berlaga di putaran final Piala Asia mendatang. Mulai dari Timnas Senior yang lolos ke Piala Asia 2027, Timnas U-20 lolos ke Piala Asia U-20 2025, dan Timnas U-17 lolos ke Piala Asia U-17 2025.
Berpeluang Lolos Piala Dunia
Termasuk saat ini, Indonesia menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara yangbertahan di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Dengan bercokol di peringkat ketiga Grup C, Marselino Ferdinan dkk, terus membuka asa mengincar peringat kedua agar otomatis lolos, atau posisi ketiga dan empat grupuntuk berlaga di putaran keempat kualifikasi.
Tak hanya di putra, Timnas Putri yang tengah dibangun Erick dengan mendatangkan pelatih kelas dunia asal Jepang, Satoru Mochizuki pun mulai menuai prestasi.
Strategi fokus membangun Timnas Indonesia Putri, serta menunda kompetisi Liga Putri hingga 2026, berhasil menaikkan nama Indonesia di sepak bola putri Asia Tenggara.
Kegemilangan perdana diraih usai Claudia Scheunemann cs, menjuarai Piala AFF 2024. Di final yang berlangsung di di New Laos National Stadium, Kamis (5/12/2024) malam, Indonesia mengalahkan Kamboja, 3-1. Sejarah prestasi kembali tercipta.
Tata Ulang
Restrukturisasi yang terus berjalan di Timnas Indonesia, juga menular ke tubuh organisasi. Dalam menata ulang salah satu federasi olahraga tertua di republik ini, berdiri sejak 1930, transformasi menjadi harga mati.
Perubahan yang mengusung profesionalitas, akuntabilitas, dan transparansi telah menjadikan PSSI sebagai federasi yang seksi, sekaligus benchmark. Tak cuma bagi organisasi olahraga dalam negeri, tapi juga bagi federasi sepak bola Asia Tenggara yang takjub kemajuan sepak bola Indonesia saat ini.
Berbekal belajar dari melihat kemajuan federasi sepak bola negara-negara elite Asia dan Eropa, serta terjun langsung di industri sepak bola internasional, mengarahkan langkah Erick untuk langsung menonjolkan aspek bisnis dalam membangun sepak bola nasional.
Peluncuran kembali PT Garuda Sepakbola Indonesia (GSI) dengan strategi baru dan tajam untuk meningkatkan nilai dan aspek komersialisasi Timnas, serta mendorong PT Liga Indonesia agar makin profesional dalam pengelolaan kompetisi untuk menarik serta mendatangkan sponsor menjadi penegasan Erick bahwa bisnis harus menjadi lokomotif agar sepak bola Indonesia berpindah kuantum di era global ini.
PSSI Tidak Tergantung Pemerintah
Hal itu bukan tak beralasan. Tuntutan untuk tidak tergantung pada anggaran pemerintah, dan keinginan membangun federasi secara profesional dan mandiri, meniru kemajuan yang dilihatnya di sepak bola Jerman dan Jepang, men-drive Erick mengambil policy tersebut. Seperti yang Erick katakan dengan menerima bantuan pemerintah Rp120 miliar pertahun, PSSI harus mencari dana kebutuhan Timnas yang mencapai Rp800 miliar.
Itu hanya untuk keperluan Timnas di semua kategori. Belum kebutuhan lain. Otomatis kekurangan itu harus diusahakan PSSI dengan terus menggejot aspek bisnis.
Saat ini, respon sektor bisnis akan strategi komersialisasi yang dilakukan PSSI sangat positif. Sejak PSSI menggelar ajang Partner Summit pada September 2023, dalam kurun satu tahun lebih, sebanyak 25 perusahaan meneken kontrak kerja sama dan menjadi mitra baru PSSI.
Merubah Wajah Kompetisi
Daya tarik terhadap wajah baru PSSI itu, tak lain karena berbagai terobosan Erick. Di kompetisi Liga, misalnya.
Arahan yang jelas dan terarah agar kompetisi yang menjadi jantung pembinaan prestasi sepak bola nasional meningkat kualitasnya dan memprioritaskan aspek bisnis, mengubah denyut kompetisi Liga 1 musim 2024/2025.
Diawali renovasi 22 stadion dengan dana pemerintah Rp1,9 triliun melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menjadikan setiap arena pertandingan Liga 1 sesuai standar keamanan FIFA.
Stadion dan klub diwajibkan memiliki LED E-Board untuk daya tarik penonton, komersialisasi, tayangan ulang gol, dan banyak lainnya.
Tak hanya itu, stadion-stadion tersebut juga sudah layak menggunakan teknologi VAR (Video Assistant Referee) sehingga menjamin kompetisi berjalan lebih fair play karena wasit ditantang bertugas dengan jujur, patuh aturan, dan menjamin laga dua tim berjalan bersih.
Bahkan, demi memberi garansi perubahan pada sektor wasit sepak bola Indonesia sebagai salah satu kunci kompetisi yang adil, Erick yang menjabat Ketua Komite Wasit PSSI, menerapkan proses seleksi wasit Liga 1 dan 2. Dua instruktur wasit asal Jepang, Chairman of JFA (Japan Football Association) Referees Committee,Ogawa Yoshimi dan JFA Referee Instructure, Toshiyuki Naga dilibatkan menjadi mentor.
Standar Gaji Liga 1
Nyawa kompetisi, yakni para pemain yang terikat konrak dengan klub tak luput dari pembenahan Erick dengan meminta PT Liga Indonesia menerapkan aturan salary cap, atau batasan gaji pemain.
Penetapan standar gaji dan pengeluaran klub Liga 1 mulai berjalan di musim 2023-2024. Penerapan ini demi mencegah kebangkrutan klub akibat terlalu banyak menggelontorkan dana untuk membeli dan menggaji pemain tanpa ada batasan.
Demi menambah animo penggemar klub, peraturan jumlah pemain asing juga dibenahi. Di musim 2024/2025, diterapkan aturan komposisi 8 pemain asing untuk masing-masing klub di setiap pertandingan, dengan komposisi 6 pemain dilapangan, dan dua di bangku cadangan. Targetnya, kualitas kompetisi sepak bola Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara.
Meski demikian, faktor pembinaan prestasi tidak ditinggalkan. Setiap klub di Liga1 diwajibkan memainkan pemain timnas senior, U-23 atau U-20 yang ada dalam klub ada agar jam tanding mereka terus bertambah.
Terakhir, format kompetisi yang diperbaharui. Di musim ini, Liga 1 menggunakan format bernama reguler series dan championship series.
Selama reguler series, 18 tim akan beradu, home and away, untuk menempati empat peringkat teratas diakhir musim. Empat tim tersebut bakal melaju ke championship series untuk bertanding kembali dengan menggunakan sistem kandang dan tandang.
Industri Sepak Bola Nasional
Para klub peserta Liga 1 juga tak luput diperhatikan dalam membangun industri sepak bola nasional yang punya potensi besar di masa depan.
Selain daya tarik bagi juara Liga 1 dengan hadiah Rp5 miliar, klub-klub peserta juga berpeluang mendapat pemasukan lebih besar.
Imbal balik bisnis bagi klub diukur berdasarkan pembagian tier atau kategori dari setiap klub, variabel kontribusi, hingga insentif berbeda bagi klub sesuai dengan ranking di akhir kompetisi dan pembagian berdasarkan rating TV.
Terhadap suporter di setiap klub, Erick berusaha menjadi bagian dalam komunitas tersebut. Dengan terus menitipkan pesan anti kekerasan di sepak bola dalam berbagai bentuk, dirinya tak pernah lelah mengajak para suporter klub menjalankan komitmen antara Indonesia dengan FIFA dalam transformasi sepak bola nasional.
Walau suporter klub yang menjalani laga tandang masih dilarang menonton di stadion secara langsung, hal itu terus disampaikan Erick sebagai upaya menjaga kepercayaan FIFA terhadap transformasi sepak bola Indonesia pasca tragedi kelam di Kanjuruhan.
Menjadi Garuda yang Mendunia
Dari fakta-fakta di atas, terlepas beberapa hal yang belum terlihat hasil karena proses terus berjalan, kerja Erick di PSSI menegaskan apa yang ditulis SempreInter.com sebagai master restrukturisasi.
Meski di era sepak bola global sekarang, faktor bisnis dan membangun industri sepak bola di Tanah Air tetap menjadi faktor pendorong utamanya, bagi Erick hal itu sangat bisa berjalan pararel dengan upaya memaksimalkan sepak bola sebagai aset paling berharga yang dimiliki Indonesia.
Jika Erick sering membahasakan bal-balan Indonesia bak raksasa tidur yang punya potensi besar di masa lalu, tapi aset itu tidak dikelola dengan cara yang tepat, profesional, dan transparan, hal itu tengah dirombak dan ditransformasikan.
Erick menginginkan sepak bola nasional menjadi Garuda, burung mitos raksasa, yang bernilai tinggi dan mampu membawa brand Indonesia terbang tinggi, terpandang, dan prestasinya diakui dunia.
- Dede Isharrudin Mantan wartawan Tabloid BOLA, yang kini menjadi pemerhati olahraga nasional.