Jepang Eksportir Kakap Pesepak Bola Hebat ke Eropa: Tak Sekadar Bakat dan Kemampuan tapi Bisnis, Indonesia Bisa Meniru?

7 hours ago 2

Bola.com, Jakarta - Kini Jepang memiliki begitu banyak pemain hebat yang bermain di Eropa. Boleh dibilang negara Matahari Terbit itu telah menerbitkan begitu banyak pemain berbakat yang mampu bersaing di Benua Biru.

Menyusuri sejarah, Bola.com mendapatkan bahwa pemain Jepang pertama yang mencoba berkarier di luar negeri adalah Yasuhiko Okudera. Gelandang Timnas Jepang era 1972 hingga 1987 itu mencoba peruntungannya dengan berlabuh di Jerman.

Okudera datang ke Jerman pada 1977 dan bergabung bersama FC Koln. Setelah itu, ia juga sempat membela Hertha Berlin dan Werder Bremen sebelum akhirnya kembali ke Jepang pada 1986.

Setelah itu begitu banyak pemain Jepang mendapatkan karier di Eropa. Sebut saja Hidetoshi Nakata, Shinji Ono, Dichi Kamada, Shinji Kagawa, Keisuke Honda, Shunsuke Nakamura, Atsuto Uchida, dan Makoto Hasebe.

Bahkan pemain-pemain yang kini menjadi tulang punggung Timnas Jepang, kini kebanyakan bermain di Eropa. Ada Zion Suzuki, Wataru Endo, Kaishu Sano, Takefusa Kubo, keito Nakamura, Kodai Sano, Ko Itakura, Hiroki Ito, Takeiro Tomiyasu, Takumi Minamino, Ayase Ueda, Koki Ogawa, dan masih banyak lagi.

Begitu banyak pemain Jepang yang bermain di Eropa saat ini membuktikan satu hal. Sepak bola di Negeri Matahari Terbit itu sudah berkembang begitu pesat hingga mampu melahirkan pemain-pemain yang mampu bersaing di level internasional.

Berita video bola update tentang Keisuke Honda yang berharap Jepang bisa mengalahkan Timnas Indoenesia pada laga penutup kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Pernah Belajar dari Indonesia

Pada medio 1980-an, Jepang yang sedang berusaha memajukan dunia sepak bola, menjadikan kompetisi Galatama di Indonesia sebagai acuan untuk belajar mengelola sepak bola.

Seperti pernah dituliskan Bola.com pada 8 November 2024, dalam artikel berjudul "Kedekatan Sepak Bola Indonesia dengan Jepang: Galatama Dulu Jadi Liga Percontohan JLeague Lho!", Delegasi Jepang mengunjungi Indonesia pada 1979, dan mulai mempelajari kompetisi semi profesional Galatama.

Kompetisi sepak bola Jepang pun dimulai pada 1993, atau satu tahun sebelum Indonesia mnggelar kompetisi profesionalnya pada 1994/1995.

Namun, kini kompetisi sepak bola Jepang telah meningkat pesat dengan kemampuan akademi klub melahirkan banyak pemain hebat untuk dipromosikan ke luar negeri.

Keunggulan Pesepak Bola Jepang yang Dilirik Klub Eropa

Dari penelusuran yang dilakukan Bola.com, banyak pemain Jepang yang kini sukses berkarier di kompetisi hebat seperti Premier League di Inggris, La Liga Spanyol, atau Serie A Italia, tetapi mengawali karier di Eropa dengan bermain di kompetisi Eredivisie Belanda atau Bundesliga Jerman.

Mayoritas memang memulai kariernya di Jerman, seperti yang dilakukan oleh Yasuhiko Okudera, yang sudah dibahas di atas sebagai pemain Jepang pertama yang mencoba berkarier di Eropa pada 1970-an.

Sebut saja Atsuko Uchida, Wataru Endo, Shinji Okazaki, Daichi Kamada, Makoto Hasebe, dan Shinji Kagawa. Pemain-pemain itu pernah bermain di Bundesliga Jerman, bahkan Hasebe mengakhiri kariernya pun di sana.

Sementara Shinji Kagawa dan Wataru Endo adalah contoh pemain Jepang yang sukses di Jerman dan kemudian mendapatkan kesempatan untuk berkarier di Premier League Inggris.

Apa yang membuat pemain Jepang kemudian dilirik klub Eropa?

"Jepang atau Korea, secara teknis cocok dengan Jerman, karena ketika berada di Jerman itu pemain harus super disiplin. Jadi cocok dengan mentalitas mereka yang berasal dari Jepang," ujar Timo Scheunemann dalam sebuah wawancara via telepon dengan Bola.com.

"Jepang itu seperti militer dalam arti positif. Mereka mengandalkan sebuah kesatuan tim, secara keseluruhan, tidak hanya memikirkan satu orang. Jepang seperti itu, intinya disiplin dalam keseharian, menurut bila diberi tahu, mengandalkan kerja sama dan tidak mengedepankan ego," lanjutnya.

Memenuhi Aspek Bisnis, Pemain Jepang Cocok dengan Scouting Sepak Bola Jerman

Dalam sebuah artikel yang pernah dipublikasikan Bola.com pada Juli 2024, berjudul "Banyak Pemain Jepang Suka Mengawali Karier Eropa di Jerman, Pemain Indonesia Bisa Enggak Ya?", Timo Scheunemann membeberkan alasan begitu banyak pemain Jepang memulai karier Eropa di Bundesliga.

"Kalau ada scouting, yang saya perhatikan adalah pemain itu bisa dilatih atau tidak, bisa dikasih tahu atau tidak. Jepang dan Korea itu memiliki karakter coachable," ujar Timo.

"Jepang dan Korea itu kontrak pemain tidak panjang, jadi bisa dibeli dengan murah. Nah, ketika scouting, klub akan melihat pemain yang ada itu bisa dilatih atau tidak, dan kalau mereka berkembang, harga akan naik. Jadi faktor bisnis berbicara di sini," tegas pelatih asal Jerman yang lahir di Kediri, Jawa Timur, itu.

Bisnis bagi Klub Eropa, Tim Nasional yang Memanen

Bisni mengembangkan pemain memang menjadi fokus utama klub Eropa di level akademi. Timo menegaskan bahwa klub sepak bola atau olahraga lain di Jerman tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah, jadi harus menjalankan bisnisnya dari segala aspek, termasuk pembinaan pemain yang kemudian bisa dijual ke klub lain dengan harga yang lebih mahal.

"Bundesliga itu harus atau wajib bicara bisnis. Mereka enggak bisa hanya mengandalkan uang dari pemerintah seperti di Spanyol. Enggak ada status khusus untuk usaha sepak bola," ujar Timo.

"Kalau rugi terus ya tutup. Itu pun bisa saja terjadi dengan Bayern Munchen kalau mereka bayak rugi dan akhirnya tutup karen tidak ada bantuan dari pemerintah. Jadi mereka menjalankan bisnis lewat pengembangan pemain," lanjutnya.

Dari penjualan pemain yang dilatih dan dibina untuk meraih prestasi, klub Jerman mendapatkan banyak uang dari klub yang lebih besar, bahkan dari liga top Eropa lainnya. Wataru Endo yang direkrut Liverpool dari Stuttgart adalah salah satu contoh terkini.

Hal yang sama juga tengah berjalan di Belanda. Begitu banyak pemain Jepang mengembangkan karier di Eredivisie Belanda, dan kemudian dilirik oleh klub lain yang lebih besar.

Bagi sang pemain, itu akan menjadi nilai tambah dirinya sendiri untuk bisa memperkuat Timnas Jepang yang kini menjadi salah satu yang terbaik di Asia.

Pertama kali tampil di Piala Dunia 1998, Jepang tak lagi pernah absen untuk tampil di panggung sepak bola terbaik di bumi itu, meski hingga saat ini pencapaian terbaiknya adalah 16 besar, seperti pada 2002, 2010, 2018, dan 2022.

Pemain Tim Garuda Sudah Ada yang Berkarier di Eropa, Indonesia Bisa Seperti Jepang?

Dalam perjalanan sepak bola Indonesia, ada begitu banyak upaya mengirimkan pemain ke luar negeri untuk menimba ilmu, seperti Primavera dan Baretti di Italia dan SAD di Uruguay. Belakangan banyak pemain Indonesia mencoba untuk berlatih dan berkembang di luar negeri.

Marselino Ferdinan yang kini tengah menimba ilmu di Oxford United adalah satu di antaranya. Beberapa tahun lalu, Egy Maulana Vikri juga mencoba untuk berkarier di klub Polandia dan beberapa klub lainnya.

Kini bahkan sejumlah pemain Timnas Indonesia memang berkarier di Eropa, seperti Jay Idzes, Thom Haye, Ole Romeny, Kevin Diks, dan deretan pemain diaspora lain yang memang lahir di Belanda dan dibina oleh sepak bola Negeri Kincir Angin itu.

Namun, bicara mengenai pembibitan pemain di Indonesia yang kemudian bisa dilirik oleh klub Eropa seperti yang dilakukan oleh Jepang, jalannya masih sangat panjang.

Bola.com sempat membahas PR PSSI untuk bisa mewujudkan itu dengan Timo Scheunemann dan Ricky Nelson, dua orang pelatih yang dikenal memiliki perhatian besar terhadap sepak bola usia dini di Indonesia.

"Akademi klub profesional itu harus terkoneksi dengan SSB. Kemudian SSB harus ditingkatkan kualitasnya, baik dalam latihan maupun banyaknya ikut kompetisi. Semua terkait," tegas Timo.

"Jadi kalau pemain kita saat ini belum banyak yang bisa ke luar negeri, jangan kemudian disalahkan si pemain. Potensinya ada, tapi latihan sehari-harinya tidak bik di sini, jadi enggak bisa bersaing di sana."

"Situasinya berbeda dengan Jepang, di mana mereka datang dari sekolah teknik sejak kecil. Klub punya jaringan scouting akademi yang rapi. Jadi secara teknis mereka bisa bersaing, memiliki kecepatan, dan beberapa di antaranya itu yang dicari dan dipakai di Jerman, jadi sangat dihargai."

"Jepang itu bisa bersaing karena latihan dan komeptisi mereka memiliki kelebihan. Kemudian karakter mental yang cocok antara Jerman dan Jepang tadi," lanjut Timo.

Bukan Hanya Latihan, Banyak Bertanding di Usia Muda Sangat Penting!

Hal senada juga diungkapkan oleh Ricky Nelson dalam program Bola Break di Youtube Bola.com jelang pertandingan antara Timnas Indonesia kontra China di Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Saat itu Ricky menegaskan bahwa pemain muda di Indonesia bukan hanya butuh latihan, tetapi juga kompetisi yang memadai sehingga mereka terbentuk untuk bisa menjadi pemain hebat.

"Tidak cukup hanya berlatih dan berlatih saja di level akademi, tidak cukup hanya bermain di turnamen yang seminggu atau dua minggu selesai. Sepak bola usia muda itu butuh kompetisi yang berjaan setidaknya selama enam bulan," tegas Ricky Nelson.

"Dengan begitu, pemain muda terbiasa untuk bisa mengembangkan kemampuannya. Intinya itu banyaknya pertandingan yang dijalani, bukan hanya latihan saja. Sekarang memang sudah ada Elite Pro Academy, itu cukup bagus, tapi juga butuh kompetisi sejenis di kelompok usia lain sehingga semua berjalan dengan berjenjang," lanjutnya.

Dengan begitu banyak kesempatan bertanding di kompetisi, pemain-pemain akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk dipantau oleh tim scouting, baik klub profesional di Indonesia atau tidak menutup kemungkinan dari luar negeri.

Karena tanpa pertandingan dan hanya dari latihan, akan sulit bagi tim scouting untuk bisa menilai secara obyektif pemain-pemain yang layak untuk mendapatkan kesempatan lebih besar, apalagi sampai bermain di luar negeri.

Read Entire Article
Ilmu Pengetahuan | | | |