Bola.com, Jakarta Direktur Utama PSS Sleman, Gusti Randa, memastikan Hokky Caraka tetap bertahan di Bumi Sembada untuk kompetisi Liga 2 musim depan. Striker berusia 20 tahun itu masih terikat kontrak hingga 2026.
Bermain di Liga 2 2025/2026 tentu akan menjadi penurunan karier bagi Hokky Caraka. Apalagi, penyerang asal Gunungkidul, Yogyakarta tersebut merupakan pemain berlabel Timnas Indonesia.
Lantas, apakah tidak menyayangkan sang pemain yang berlevel tim nasional tapi harus berjibaku di divisi kedua sepak bola Indonesia? Soal itu, Gusti Randa memberikan komentar.
"Tapi di Timnas enggak dipakai juga. Jadi Hokky tetap masih stay. Sampai hari ini belum ada tawaran dari klub lain untuk pemain PSS," ujar Gusti Randa.
"Saya kira kemarin kan Pieter Huistra tetap bersama kita ya, tentu Pieter sementara kita pakai sebagai Dirtek untuk melakukan format bagaimana. Sepertinya Dominikus Dion dan Hokky masih stay di kita," tegasnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mulai Terpinggirkan
Apa yang dikatakan Gusti Randa memang mendasar. Belakangan Hokky mulai terpinggirkan dari skuad Timnas Indonesia. Teranyar, dia tidak dipanggil pelatih Patrick Kluivert dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 periode Juni ini.
Sepanjang putaran ketiga Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Hokky juga belum mendapatkan kesempatan bermain. Dari delapan laga, pemain berpostur 180 cm itu cuma empat kali berada di bangku cadangan, sisanya tak masuk dalam daftar susunan pemain.
Kali terakhir, Hokky tampil di dua partai kontra Vietnam pada ronde kedua Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia yang berlangsung Maret 2024 lalu. Ketika itu, Timnas Indonesia masih dilatih oleh Shin Tae-yong.
Sementara di BRI Liga 1 2014/2025, Hokky mengukir 27 penampilan dengan torehan tiga gol plus satu assist. Catatan itu tak lebih baik dari pemain muda PSS lainnya seperti Dominikus Dion yang mengepak 30 laga dan membuat tiga gol serta sebiji assist.
Minus 3 yang Memberatkan
Artis sekaligus mantan Plt Ketua Umum PSSI itu menyebut hukuman pengurangan poin di awal kompetisi menjadi salah satu penyebab terdegradasinya PSS dari BRI Liga 1. Super Elja finis di urutan ke-16 klasemen akhir dengan nilai 34.
Seperti diketahui, PSS mendapat sanksi pengurangan tiga poin dari Komite Disiplin (Komdis) PSSI akibat skandal pengaturan skor yang melibatkan Tim Elang Jawa dan Madura FC di Liga 2 musim 2018.
"Itulah sepak bola. Liga 1 memang kita masih pakai sistem degradasi promosi. PSS yang tadinya mempunyai cita-cita untuk stay di Liga 1 akhirnya karena keadaan dari awal sehingga sekarang jatuh ke Liga 2," katanya.
"Dan ini saya kira enggak ada yang patut dipersalahkan karena memang itulah sepak bola. Dari awal kita mulainya sudah enggak enak karena minus tiga. Ya kesannya sedikit di minus tiga tapi kan enggak segampang itu."
"Nah di ujung partai pekan 31-34 ternyata persoalan minus tiga itu ya sulit. Meskipun kita sebetulnya di empat pertandingan menang terus tapi tidak membantu untuk Sleman tetap di Liga 1," sambung Gusti Randa.
Semusim Saja di Liga 2
Satu hal yang pasti, PSS tidak ingin berlama-lama meratapi nasib setelah terlempar dari kasta tertinggi Liga Indonesia. Tim Elang Jawa kini mulai bergerak menyusun kekuatan menghadapi musim baru.
"Tentang siapa saja tim pelatih dan para pemain, manajemen akan mendengar masukan dari Pieter. Kami berharap tim sudah terbentuk di akhir Juni ini dan latihan perdana bisa mulai di awal Juli," beber Gusti Randa.
"Target PSS Sleman adalah bisa kembali berkompetisi di Liga 1 tahun depan. Mohon dukungan dan doanya untuk seluruh pendukung PSS agar kita bisa mempersiapkan diri dengan baik menghadapi Liga 2 dan mencapai target di akhir musim," pungkasnya.