Bola.com, Jakarta - Publik atau pencinta sepak bola Indonesia pada medio 2007 hingga 2012 mungkin cukup familier dengan sosok Wahyu Wijiastanto. Seorang pemain bertahan yang dikenal garang, pernah memperkuat sejumlah klub hingga berseragam Timnas Indonesia.
Wahyu Wijiastanto berasal dari Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Ia mengawali karier profesional bersama Persis Solo, Persiba Bantul, Semen Padang, dan sempat menghiasi skuad Timnas Indonesia dalam beberapa pertandingan resmi.
Pria kelahiran 31 Mei 1986 tersebut punya perawakan tinggi besar. Posturnya mencapai 1,91 meter dengan badan gempal. Mengingatkan pada sosok buto dalam budaya Jawa, yang identik dengan raksasa.
Wahyu Wijiastanto membeberkan cerita di balik panggilan nama buto yang melekat pada dirinya.
Baru-baru ini, Wahyu Wijiastanto menjadi tamu dalam kanal Youtube Bicara Bola by Akmal. Ia menjawab pertanyaan mengenai apa yang membuat sang pemain mendapat julukan atau panggilan seperti itu.
Pria berusia 38 tahun bercerita bahwa nama itu berawal dari saat dirinya masuk ke Diklat Salatiga (saat ini menjadi PPLP Jawa Tenga). Oleh pelatihnya ketika itu, nama buto disematkan untuk Wahyu.
"Buto awalnya dari Diklat Salatiga salah satu pelatih Hariyadi memanggilnya dengan nama itu. Jelas karena perawakannya besar hitam gondrong dan karakter pemain zaman dulu, bola lewat tapi tidak dengan pemainnya," ujar Wahyu Wijiastanto.
"Mungkin akrena buto sering makan orang, dari itulah saya dipanggil demikian," kelakarnya.
Berita video Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, pimpin rapat Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) di Kantor Kemenpora, Jakarta Pusat, Rabu (4/12/2024) bersama Menpora, Dito Ariotedjo.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Berawal dari Voli
Wahyu Wijiastanto dalam karier sepak profesionalnya merumput untuk tim Persis Solo, Persiba Bantul, Semen Padang, Kalteng Putera, hingga Persip Pekalongan sebelum gantung sepatu.
Di level Timnas Indonesia, ia tercatat enam kali membela skuad Garuda dengan jam terbang selama total 472 menit. Namun siapa sangka, justru olahraga voli adalah yang pertama ia geluti, ketimbang bermain sepak bola.
"Main sepak bola saya dari kecil, dari SMP. Tapi jujur basic saya dulu malah voli, karena rumah saya dekat Polsek Jaten, Karanganyar, dan sering latihan voli. Lalu datang teman untuk ikut SSB gabung Pelita Solo di Liga Bogasari padahal enggak pernah bermain sepak bola sama sekali," kenangnya.
Selalu Jadi Bek
Dengan postur tubuh yang dimilikinya, membuat Wahyu Wijiastanto memang diplot sebagai pemain bertahan sejak awal merintis di lapangan hijau. Ia turut mengenang masa lalunya saat pernah mendapat hadiah sepatu hingga langsung membeli dua sepeda motor sekaligus dari awal merintis sepak bolanya.
"Saat SSB saya main di Sukoharjo jadi pemain terbaik, 2 kali tendangan bebas dari tengah lapangan dapat hadiah sepak bola. Saya masih ingat sampai sekarang. Dari dulu memang jadi pemain belakang," imbuh dia.
"Dari SSB ke Diklat Salatiga, meski sebenarnya enggak pernah ada niat. Awalnya ikut PSKS Krakatau Steel dengan coach Suimin Diharja. Kemudian di Persis Solo, usia 18 tahun, gaji Rp18 juta, kontraknya Rp170 juta."
"Tanda tangan kontrak pulang langsung beli sepeda motor dua sekaligus. Setelah di Persis lama di Persiba Bantul, Semen Padang, balik ke Persiba Bantul, Kalteng Putra, dan terakhir Persip Pekalongan tahun 2018," jelas pemain yang identik dengan nomor punggung 13 ini.
Sumber: Kanal Youtube Bicara Bola by Akmal