Bola.com, Semarang - PSIS Semarang tak kunjung mengalami perbaikan performa di BRI Liga 1 2024/2025. Mahesa Jenar tengah melalui periode yang sangat sulit dan harus bersiap-siap dengan ancaman degradasi.
Sejauh ini, PSIS Semarang sudah melewati tiga pertandingan terakhirnya di BRI Liga 1 2024/2025 tanpa meraih kemenangan. Padahal, semua partai ini berlangsung di kandangnya sendiri, yakni Stadion Jatidiri.
Hasil ini menyeret Mahesa Jenar ke peringkat 14 klasemen dengan koleksi 22 poin. Dengan jumlah ini, anak asuh Gilbert Agius sudah semakin dekat dengan zona degradasi. Sebab, mereka hanya berjarak dua poin dari Madura United di peringkat ke-16.
Beragam faktor dianggap sebagai penyebab menurunnya performa PSIS Semarang di BRI Liga 1 musim ini. Mahesa Jenar sangat sulit mengamankan hasil positif dan mulai menghadapi bayang-bayang degradasi.
Setidaknya, ada tiga faktor krusial yang menggambarkan betapa buruknya situasi yang kini tengah dialami oleh Septian David Maulana dan kawan-kawan. Berikut Bola.com menyajikan ulasannya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kelimpungan di Kandang
Kembalinya PSIS Semarang ke markas kebanggaannya, Stadion Jatidiri, memang tak memberikan dampak positif di BRI Liga 1 2024/2025. Setelah sekian lama menjadi tim musafir, keuntungan ini tak juga membuahkan hasil positif.
Sebetulnya, Mahesa Jenar sudah bisa menuai prestasi apik pada laga pertamanya di Stadion Jatidiri, tepatnya ketika menumbangkan Bali United dengan skor 2-1 pada pekan ke-14. Namun, setelah itu, mereka malah jadi kelimpungan.
Anak asuh Gilbert Agius tercatat sudah melewati lima laga kandang tanpa kemenangan. Momen ini dimulai ketika mereka kalah dari Malut United (1-3), Persis Solo (1-2), Dewa United (1-4), dan Persib Bandung (0-1).
Adapun partai terakhir melawan PSM Makassar berakhir imbang dengan skor 1-1. Dengan rekor semacam ini, sulit bagi PSIS untuk bisa bersaing. Sebab, saat bermain di kandang pun, Mahesa Jenar tak bisa menuai hasil positif.
Sepanjang musim ini, mereka hanya mampu menang tiga kali dari 12 laga kandang. Adapun satu laga lainnya berakhir imbang. Sisanya, Mahesa Jenar menelan delapan kekalahan saat bermain di rumah sendiri.
Minim Dukungan Fans
Hasil negatif yang terus menerus menjerat PSIS Semarang saat bermain di kandang tampaknya juga tak bisa dilepaskan dari konflik yang saat ini membuat hubungan manajemen dan suporter semakin meruncing.
Desakan dua kelompok suporter, Panser Biru dan Snex, yang memaksa manajemen melakukan reformasi, termasuk mendorong Chief Executive Officer (CEO), Yoyok Sukawi, melepas sahamnya, masih belum mencapai resolusi.
Protes ini kemudian berujung pada boikot kedua kelompok fans itu yang menolak hadir di stadion. Imbasnya, Pasis Semarang tak mendapatkan dukungan yang masif dari para fans dan suporternya ketika bermain di Stadion Jatidiri.
Bahkan, aksi boikot ini sampai memaksa manajemen dan panitia penyelenggara (Panpel) untuk menggelar laga tanpa penonton demi menghemat pengeluaran. Kebijakan itu setidaknya sudah berlangsung pada tiga laga kandang terakhir.
Konflik semacam ini bisa mengancam perjuangan Mahesa Jenar yang butuh motivasi untuk menghindari ancaman degradasi. Sejauh ini, belum ada tanda-tanda penyelesaian konflik di antara kedua pihak.
Melempemnya Pemain Asing
Hingga pekan ke-23 ini, PSIS Semarang masih berstatus sebagai salah satu tim dengan tingkat produktivitas gol paling rendah di BRI Liga 1 2024/2025. Dari 23 pertandingan, Mahesa Jenar hanya mampu menghasilkan 18 gol.
Jumlah itu setara dengan koleksi Persis Solo yang saat ini mendekam di dasar klasemen. Minimnya produksi ini memang kerap kali menyulitkan Septian David Maulana dkk untuk mengamankan hasil yang diinginkan.
Catatan ini sebetulnya tak bisa dilepaskan dari performa para pemain asing PSIS yang melempem. Padahal, Mahesa Jenar sekarang memiliki empat amunisi impor yang beroperasi di lini serang.
Sudi Abdallah, misalnya, baru bisa mencetak dua gol dari tujuh pertandingan. Evandro Brandao punya catatan yang sedikit lebih baik karena mampu menyumbangkan dua gol dan satu assist dari delapan laga.
Sementara itu, kontribusi Gali Freitas mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan musim lalu. Sebab, striker asal Timor Leste ini baru bisa menghasilkan satu gol dan dua assist dari 21 pertandingan.
Adapun striker terbaru yang direkrut pada pertengahan musim, Gustavo Souza, masih juga belum pecah telur. Dari enam laga pertamanya bersama Mahesa Jenar, pemain asal Brasil itu belum juga mencetak gol ke gawang lawan.