Sartono Anwar: Karakter Building Jadi PR Terbesar Sepak Bola Indonesia

2 days ago 14

Bola.com, Jakarta Timnas Indonesia U-17 dapat pelajaran berharga dari Piala Asia U-17 di Arab Saudi. Dari empat pertandingan yang telah dituntaskan I Putu Panji dkk. karakter jadi pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi.

Tim asuhan Nova Arianto melewati fase Grup C dengan sempurna. Timnas Indonesia U-17 secara mengejutkan menumbangkan Korsel U-17 dengan skor tipis 1-0. Berikutnya Yaman U-17 dihajar 4-1 dan Afganistan U-17 dipermak 2-0. Namun mereka kandas di babak perempatfinal setelah diberondong enam gol tanpa balas oleh Korut U-17.

Menurut Sartono Anwar pelajaran paling berharga yang bisa diambil adalah dua pertandingan melawan Korsel U-17 dan Korut U-17. Pelatih kawakan sekaligus ayah Nova Arianto itu melihat dua negara di Semenanjung Korea ini punya karakter kuat.

"Karakter yang saya maksud adalah individu serta tim. Kita dapat lihat bagaimana karakter pemain kedua negara itu. Baik fisik, mental, hingga skill ball mereka dalam kesatuan sebuah tim," katanya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Disiplin

Kunci membangun karakter, lanjut Sartono Anwar, adalah disiplin tinggi.

"Disiplin ini ditempa dari kehidupan sehari-hari di keluarga dan lingkungan. Ini akan berpengaruh pada perilaku dan mental. Kita tahu warga Korsel dan Korut punya disiplin bagus," ujarnya.

Sartono Anwar mengamati meski Korsel dan Korut punya idealisme negara berbeda, namun punya karakter sama, yakni mental dan fisik kuat.

"Korsel negara demokratis, dan Korut komunis. Cara bermain Korsel U-17 dan Korut U-17 juga berbeda. Tapi karakter mereka sama, disiplin dan badan kuat. Kalau teknik dan skill bisa diasah sejak usia dini," paparnya.

Jadi Kelemahan

Dulu, ketika Sartono Anwar jadi asisten pelatih Wiel Coerver bersama Harry Tjong di Timnas Indonesia SEAG 1979 juga diterapkan disiplin tinggi.

"Wiel Coerver sangat disiplin hingga hal-hal terkecil seperti sepatu harus disemir hingga kehadiran pemain minimal satu jam sebelum latihan. Waktu itu bisa dimanfaatkan pemain menyiapkan kebutuhan pribadi," ucapnya.

Sartono Anwar yang berpengalaman melatih di Timnas Indonesia dan beberapa klub Tanah Air ini mengungkap kelemahan disiplin pemain Indonesia.

"Pemain kita sangat malas kalau latihan fisik. Ketika disuruh lari masih ada yang mencuri jumlah putarannya. Nah, ini juga bagian karakter yang berimbas pada mental. Sepakbola olahraga keras dan sulit. Kalau tak punya fisik kuat jangan harap kualitas individu bisa muncul. Meski pemain itu punya teknik dan skill di atas rata-rata," jelasnya.

Mentok di KU

Sartono Anwar mengakui Timnas Indonesia sangat bagus di kelompok umur. Tapi pemain muda itu pelan-pelan hilang ketika usia mereka menginjak ke level senior.

"Masalahnya apa? Karena mereka kurang disiplin. Terutama pada profesi mereka. Hanya pemain yang punya disiplin tinggi dan sepakbola jadi pilihan hidupnya akan bertahan hingga level tertinggi. Makanya jangan heran bila PSSI pusing saat membentuk Timnas Senior, karena banyak pemain muda yang hilang dari peredaran," ujarnya.

Mantan pelatih Persibo ini mengatakan Timnas sebuah negara adalah cermin dari karakter bangsa. "Nah, ini jadi tugas kita bersama. Pemerintah harus hadir untuk mendisiplinkan warganya mulai lingkungan terkecil di keluarga hingga yang lebih luas lagi. Ini berlaku untuk semua sendi kehidupan, bukan sepakbola saja. Disiplin akan jadi way of life," pungkasnya.

Read Entire Article
Ilmu Pengetahuan | | | |