Bola.com, Jakarta - Bek Timnas Indonesia, Sandy Walsh, sudah lebih dari dua bulan berkiprah di Jepang. Pemain berusia 30 tahun itu bermain untuk klub J1 League, Yokohama F. Marinos.
Sebelumnya, dia menghabiskan karier di tanah kelahirannya, Belgia. Sebut saja KV Mechelen (2020-2025), Zulte Waregem (2017-2020), hingga KRC Genk (2012-2017). Sandy Walsh gabung Yokohama F. Marinos per 9 Februari lalu.
Pengalaman berkompetisi di negara Asia dan Eropa membuat Sandy Walsh memiliki penilaian tersendiri terkait atmosfer kompetisi Jepang dan Belgia.
Hal ini disampaikan Cak Sandy saat menjadi bintang tamu di kanal YouTube Indosat Ooredoo Hutchison, baru-baru ini.
"Kualitas sepak bola di Jepang sangat tinggi, sementara di Belgia permainan fisiknya sedikit lebih tinggi. Jadi, menurut saya, gaya bermain liga ini lebih dari sepak bola ketimbang liga Belgia, yang lebih seperti pertarungan, lari, umpan-umpan panjang dan sebagainya," ungkapnya.
"Itu sangat mengesankan. Dukungan di stadion juga luar biasa, kebanyakan tiket terjual habis. Mereka mencintai sepak bola dan mereka adalah penggemar yang sangat positif."
"Lucu juga karena istri saya datang ke pertandingan Hiroshima dan semua penggemar berbaur, ada penggemar dari Yokohama dan Hiroshima. Mereka duduk bersebelahan, tidak ada kesulitan. Itu sangat istimewa dan merupakan petualangan yang indah," lanjut Sandy Walsh.
Nama Casemiro jadi sorotan ketika Manchester United (MU) mengalahkan Lyon 5-4 pada leg kedua perempat final Liga Europa 2024/2025 di Old Trafford hari Jumat (18/04/2025) dini hari WIB.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tekanan yang Berbeda
Lebih jauh, Sandy Walsh juga berbicara mengenai tekanan yang didapat ketika masih berkiprah di Liga Belgia. Menurutnya, para penggemar di sana lebih kritis dan tanpa ampun memberi kritikan kalau pemain tidak bermain bagus.
"Bagian yang berbeda, tapi juga sangat kritis. jika Anda tidak memainkan beberapa umpan yang bagus, mereka mulai berteriak kepada Anda dan sebagainya. Saya rasa di Jepang itu lebih memotivasi dan sedikit lebih kritis, saya pikir itu perbedaan yang besar," katanya.
"Saya bermain untuk salah satu tim terbesar di J League sekarang, jadi tentu saja ada tekanan. Kami ingin bersaing, jadi setiap pertandingan itu penting. Setiap tim ingin mengalahkan Yokohama Marinos. Jadi, ada tekanan," ujarnya.
Mirip Suporter Timnas Indonesia
Meski begitu, Sandy Walsh tidak begitu mempermasalahkan tekanan tersebut. Sebab, hal itu wajar karena suporter tentu ingin tim yang didukung selalu mendapat hasil yang positif.
Selain itu, bek kelahiran Brussels, Belgia, itu mengungkap penggemar Yokohama F. Marinos hampir mirip suporter Timnas Indonesia ketika memberikan dukungan. Kok bisa?
"Kepositifan para penggemar membantu Anda mengatasi tekanan itu. Anda bisa membuat kesalahan, tapi mereka akan mendukung dan terus datang, seperti halnya penggemar Garuda. Jadi, saya merasa sedikit mirip. Itulah mengapa saya merasa sangat bahagia," bebernya.
"Ada begitu banyak orang Indonesia di setiap pertandingan. Mereka selalu membawa bendera dan jersey Garuda dan melambaikan tangan kepada saya. Mereka juga menandai saya di Instagram," tutur Sandy Walsh.
Minim Menit Bermain
Di sisi lain, sejauh ini pemain bernama lengkap Sandy Henny Walsh itu baru mencatat lima pertandingan bersama Yokohama F. Marinos. Bek kelahiran 14 Maret 1995 itu berada 324 menit di lapangan.
Sejauh ini, pemilik 19 caps bersama Timnas Indonesia itu masih masuk dari bangku cadangan dari lima pertandingan terakhir Yokohama F. Marinos di J1 League 2025.