Bola.com, Sleman - Pelatih Persibo Bojonegoro, Kahudi Wahyu Widodo, tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya selepas laga kontra Deltras FC di Stadion Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU), Sleman, Yogyakarta, Sabtu (18/1/2025) sore WIB.
Duel lanjutan pekan ke-14 Grup 3 Pegadaian Liga 2 2024/2025 itu berakhir untuk kemenangan Deltras FC. Mereka unggul 1-0 karena Persibo Bojonegoro menolak bertanding pada laga yang hanya menyisakan dua menit tersebut.
"Jadi kami datang ke sini untuk menghormati keputusan PT LIB. Mohon dipahami, tapi kami tidak setuju sepenuhnya dengan keputusan LIB. Makanya tadi langkah yang kita lakukan pertama kali menanyakan ke match comisioner," ujar Kahudi.
"Dasarnya karena di sana kami melihat dan kami sempat bicara. Contoh terkait dengan selesai setelah kericuhan kami dipanggil untuk menyelesaikan sisa waktu dua menit. Kami oke. Tapi kami minta jaminan keamanan, itu yang saya tanyakan."
"Sepak bola itu adalah persepsi, saya diundang ke Jakarta coach manager meeting itu dijelaskan tentang law of the game. Di situ ada materi menyatakan ada 10 pelanggaran di kotak penalti, kami peserta, menurut kalian ada berapa yang penalti. Rata-rata kami menyebutkan 8 sampai 9. Ternyata instruktur wasit dari FIFA hanya tiga. Beliau menyampaikan bahwa sepak bola adalah persepsi," lanjutnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tidak Mendapat Jawaban
Mantan pelatih Persijap Jepara itu mengatakan, pihaknya sudah berusaha menanyakan pendapat dari match commissioner mengenai hasil laga yang menimbulkan kericuhan tersebut.
"Saya sampaikan menurut persepsi kami kemarin kita disuruh main skornya 1-1. Saya ingin menanyakan persepsi match commissioner apa? Tapi tidak bisa menjawab bahwa itu bukan wilayah kami. Jadi kami minta sampaikan ke LIB yang di atas," kata Kahudi.
"Kita tunggu oke. Di situ kembali ke instruktur mengatakan sepak bola itu persepsi. Makanya ayo kerja di wilayah masing-masing. Saya pelatih dan manajer bekerja untuk menenangkan pemain kami. Dan itu saya lakukan."
"Berikutnya kerja mereka adalah mengevaluasi wasit. Kami ingin tahu sebenarnya evaluasi seperti apa. Saya saja pelatih salah apalagi pemain. Kalau tadi dijelaskan itu offside atau apapun kita menentukan langkah. Tapi kan tidak ada penjelasan. Makanya kami sampaikan," sambungnya.
Wasit Jadi Pemicu
Menurut Kahudi Wahyu Widodo, drama pada laga kontra Deltras FC terjadi lantaran ketidakbecusan wasit dalam memimpin pertandingan. Pelatih berusia 46 tahun itu menyebut, pengadil jadi pemicu keributan di Sidoarjo pekan lalu.
"Yang memicu itu simpel, keputusan dari wasit. Kalau keputusannya dia tidak menentukan gol, mana mungkin pemain Deltras ngejar. Wong dia menang kok posisinya. Terus pada saat kami dipanggil untuk menyelesaikan itu, kami datang masuk ke dalam nunggu 20 menit," ucapnya.
"Wasit tidak mau melanjutkan, kami masuk ke dalam karena persepsi kita 1-1, anak-anak melakukan selebrasi itu dikejar sama pemain Deltras, manajer dan ofisial. Berarti mereka mikirnya skor 1-1. Kalau enggak 1-1 ngapain mereka ngejar. Kalau menang ngapain mereka ngejar. Ini logika sederhana," imbuh Kahudi.
Bahan Evaluasi
Meskipun demikian, Kahudi Wahyu Widodo berharap insiden ini dapat dijadikan pembelajaran untuk semua pihak. Di masa depan, dia ingin sepak bola Indonesia bisa lebih baik lagi.
"Saya mengajari pemain saya untuk respect. Di tim sebelumnya saya juga. Saya menjalankan komitmen ketika kita dipanggil LIB. Ketika sampeyan melihat kejadian di Deltras, Sidoarjo silakan Anda boleh memiliki persepsi," paparnya.
"Pemain kami dipukuli segala macem monggo. Pemain kami membela diri atau pemain kami seperti apa silakan. Jadi intinya tolong diperjelas."
"Mudah-mudahan momentum ini jadi bahan evaluasi semuanya. Entah siapa yang salah belum tahu. Tapi ini dijadikan momentum untuk belajar sama-sama. Semoga sepak bola lebih baik lagi," harap Kahudi.