Bola.com, Jakarta - Direktur Utama PSIM Yogyakarta, Liana Tasno, menjadi bintang tamu dalam kanal YouTube Liputan6. Wanita berusia 40 tahun itu berbagi kisah mengenai perjalanan Laskar Mataram hingga akhirnya sukses promosi ke Liga 1 musim depan.
Seperti diketahui, PSIM menjadi perwakilan terbaru Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di BRI Liga 1 musim depan. Laskar Mataram mengikuti jejak PSS Sleman yang lebih dulu berkiprah di kasta tertinggi sepak bola Tanah Air.
Tim berlogo Tugu Pal Putih itu baru saja mengukir sejarah dengan menjuarai Pegadaian Liga 2 2024/2025. Pada partai final, PSIM Yogyakarta menekuk Bhayangkara FC dengan skor 2-1 di Stadion Manahan, Solo, Rabu (26/2/2025).
Prestasi itu menjadi penutup sempurna bagi PSIM di Liga 2 musim ini. Kesuksesan mereka naik kasta mengakhiri penantian klub kebanggaan warga Jogja tersebut selama 18 tahun.
"Aku terima project ini dibeli konsorsium tahun 2019, dulu cuma handle sponsorship. Aku dipromosi tahun 2023 jadi Direktur Utama, sekali gagal dan dua kali yang sekarang. Awalnya aku berpikir ini project mission impossible. Sekarang berarti sudah coba enam tahun baru akhirnya berhasil," ujar Liana Tasno.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Hampir Menyerah
Perjalanan terjal dilalui Laskar Mataram untuk sampai ke fase ini. Mereka sempat nyaris comeback ke kasta teratas pada 2021. PSIM yang saat itu ditukangi Seto Nurdiyantoro gagal promosi, setelah keok 0-1 lawan Dewa United pada perebutan tempat ketiga Liga 2.
Liana Tasno bercerita, andai tahun ini kembali gagal dia ingin resign dari jabatannya. Namun, takdir berkata lain. Lewat segala pengorbanan, PSIM tidak hanya berhasil naik kasta tapi juga menjadi kampiun Liga 2 musim ini.
"Aku sudah mau resign, tapi itu enggak pernah aku ungkapkan. Andai gagal aku sudah enggak bisa ngulang lagi, PSIM dengan aku harus ngulang lagi dengan ya suporter dan lain-lain itu memang berat," kata Liana.
"Tapi yang berat itu pendanaannya capeklah semua orang gila siapa yang mau berduit lagi. Nyusun lagi pemainnya, nyari lagi coach."
"Belum lagi kalau Razzi (manajer tim) trauma dan resign gimana, aku harus nyari manajer. Aku sudah enggak kuat menanggung beban itu. Pas lolos kemarin aku langsung telepon investor dan nangis gitu," lanjutnya.
Perbedaan Musim Lalu dan Sekarang
Lebih jauh, Liana Tasno mengatakan, ada tiga faktor yang membuat PSIM bisa berjaya pada musim ini. Yang membedakan dari musim lalu yakni adanya kepercayaan, chemistry, dan tak ada toxic, sehingga membuat PSIM berjalan lebih efektif.
"Kalau sekarang itu human resource-nya, yang head itu enggak ada toxic sih, sekarang jadi semuanya saling bahu-membahu melengkapi kelemahan masing-masing dan kekuatan kita ditaruh disitu untuk project ini," ungkapnya.
"Enggak ada yang kayak curiga gitu, misalnya curiga nih presidennya jual pertandingan kan bisa jadi, curiga manajernya yang nakal atau head coach-nya atau kitman pun bisa dicurigai."
"Terus teriak-teriak mengenai 'kok aku gajinya segini ya', tentang materi 'kok gue segini, kerjaan gue lebih banyak' itu enggak ada yang aku rasakan ya kalau kemarin pas aku bangun sih terus terang kuranglah, chemistry kurang banget," sambung Liana.
Apresiasi Elemen Tim
Wanita kelahiran Bandung, Jawa Barat itu juga berterimakasih kepada semua pihak yang sudah bekerja ekstra keras mewujudkan mimpi lolos ke Liga 1. Kredit khusus diberikan kepada caretaker pelatih Erwan Hendarwanto dan manajer tim Razzi Taruna.
"Tahun pertama aku enggak punya pengalaman sebagai presiden klub dengan basis suporter yang besar juga tentang teknis, aku enggak ngerti karena aku orang komersial," paparnya.
"Kalau yang tahun kedua itu terus terang manajer, coach Erwan Hendarwanto dan tim analis itu mereka berembuk kemudian memutuskan di mana finalisasinya ya ke head coach saat itu Seto."
"Terus terang yang luar biasa itu memang Razzi dan coach Erwan bukan aku, aku enggak ngerti," pungkas Liana Tasno.