Bola.com, Jakarta - Dia mengusung dua nama besar, Adityo Darmadi dan Didik Darmadi. Keduanya merupakan legenda Timnas Indonesia. Sayang, kariernya tak sehebat kedua legenda tadi. Siapa dia? Dia adalah Adixi Lenzivio.
Adityo Darmadi dan Didik Darmadi, dua nama beken di blantika balbalan nasional era 1980-an.
Adityo Darmadi sosok penyerang andal yang pernah di punya Persija Jakarta. Ia juga bagian dari skuad Timnas Indonesia yang sukses merebut medali emas sepak bola SEA Games 1987.
Sementara, sang adik, Didik Darmadi, bek tangguh yang juga langganan Timnas Indonesia.
Adixi Lenzivio memang berasal dari keluarga sepak bola. Adityo Darmadi adalah ayahnya, sedangkan Didik Darmadi pamannya.
Meski pernah memperkuat Persija sebagai penjaga gawang, tapi Adixi Lenzivio tak secemerlang ayahnya. Begitu pula di Timnas Indonesia.
Jika saja diberi kesempatan untuk meminta maaf kepada sang ayah, Adixi Lenzivio mengatakan,"Yang pasti sih, saya mungkin minta maaf, yang paling ini ya sebenarnya, belum bisa kayak papa di Persija."
Ungkapan tersebut dilontarkan Adixi Lenzivio lewat kanal YouTube Bicara Bola besutan Akmal Marhali belum lama ini.
Dua mantan pemain Persija Jakarta, Adixi Lenzivio dan Delton Stevano yang membela STIE Perbanas di Torabika Campus Cup 2017.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Didukung Orang Tua
Adixi Lenzivio sudah menyukai sepak bola sejak kecil. "Papa sama mama itu, Alhamdulillah mendukung. Dari kecil tuh, dari SD sudah ditanya, 'kamu mau fokus main bola atau fokus sekolah?'. Aku bilang waktu itu aku mau fokus main bola".
Ditanya apakah ada pesan ayah sebelum meninggal?
"Enggak ada sih. Cuma yang terakhir itu yang nemenin papa waktu anfal pertama pas saya ada di rumah. Jadi ya, momen terakhir papa tuh banyak sama saya," kata Adixi Lenzivio terkait berpulangnya Adityo Darmadi pada Februari 2023.
Punya Ayah Legenda, Tak Merasa Diuntungkan
Apa yang paling berkesan punya seorang ayah legenda? "Papa tuh benar-benar ngejerumusin saya. Ngejerumusin dalam arti gini. Jadi, papa tuh enggak mau pakai nama dia untuk anak-anaknya".
"Dulu waktu kita seleksi nih, padahal gampang sih. Siapa sih pelatih yang enggak kenal sama papa di Jakarta? Tapi kalau papa nonton kita seleksi, hanya di bawah pohon," kata Adixi Lenzivio sambil menirukan gaya ayahnya melipat kedua tangannya ke perut.
"Enggak akan ditegur itu pelatih. Mau ketemu di mana enggak akan ditegur. Kalau pun ketemu, dia enggak akan ngomongin saya, karena papa mau ngebiasain, 'Kamu ini harus main dengan namamu, bukan dengan nama papa. Kalau mau bagus ya kamu dipanggil karena itu'," imbuh Adixi Lenzivio yang juga pernah memperkuat PSMS Medan dan Arema FC.
Sempat Terbebani Nama Besar Sang Ayah
Menurut Adixi Lenzivio, ia sempat terbeban dengan nama besar Adityo Darmadi. "Pasti ada beban. Namun, papa selalu bilang, 'Sudahlah, itu mah urusan orang lain. Yang penting kita semua suport kamu'," ujar kelahiran 29 September 1992.
Ada perasaan mengecewakan ayah nggak? "Mengecewakan sih enggak ya. Cuma, dulu tuh, malas latihan. Mama sih terlebih. Mama tuh dulu paling sering bilang, 'Dek latihan dek. Dek berenang dek'. Buat ukuran kiper, saya kan pendek," lanjutnya.
"Hanya ketika masuk profesional pertama, masuk Persija 2011, itu saya baru merasakan. Mungkin kalau apa yang papa dan mama katakan aku ikuti, mungkin level saya bisa dari ini, atau bisa bertahan lebih lama," ujar Adixi Lenzivio yang kini berusia 32 tahun.
Bersyukur Punya Pengalaman Memperkuat Klub Besar
Adixi Lenzivio tetap bangga dan bersyukur, karena selain Persija ia juga pernah memperkuat dua tim besar Indonesia, PSMS dan Arema.
"Saya masuk Persija karena masih ada liga internalnya Persija. Dulu 2011 masih berjalan. Ada kuota untuk pemain internal. Itu diambil dari pemain PON DKI dan pemain internal Persija. Kita seleksi," kata Adixi Lenzivio.
Dari seleksi yang diambil delapan orang untuk naik ke tim senior Persija. "Dari Persija ke PSMS. Saya di Persija dari 2011 sampai 2015. Setelah itu ada dualisme, jadi liga berhenti, dan saya fokus kuliah. Saat 2019 dipanggil lagi sampai 2022," jelas Adixi Lenzivio.
"Ketika 2022 sampai 2023, saya main di PSMS. Kemudian 2003 sampai 2004 di Arema sebentar. Habis itu balik lagi ke PSMS. Saya jujur bersyukur karena saya salah satu yang beruntung bisa main di tiga tim yang punya sejarah panjang di persepakbolaan nasional," pungkas Adixi Lenzivio.