Warna Belanda yang Gagal di Sepak Bola Dunia, Timnas Indonesia dalam Bahaya atau Beruntung?

4 weeks ago 27

Bola.com, Jakarta - Lagi, PSSI mengangkut pelatih asal Belanda, Gerald Vanenburg. Berusia 60 tahun, Gerald Vanenburg ditunjuk menukangi Timnas Indonesia U-23 sekaligus merangkap asisten pelatih bagi Patrick Kluivert.

Kehadiran Gerald Vanenburg semakin mengentalkan nuansa Belanda di Skuad Garuda dalam misi menggebrak pentas sepak bola dunia.

Gerald Vanenburg punya masa lalu mentereng. Ia pernah memperkuat Ajax dan PSV, dua klub yang telah melambungkan namanya. Bersama dua klub itu, Gerald Vanenburg memenangkan banyak trofi di kasta tertinggi Belanda, Eredivisie.

Eks winger kelahiran 5 Maret 1964 juga dikenang sebagai sosok yang berjasa di balik kesuksesan Timnas Belanda kala memenangkan Piala Eropa 1988.

Ia masuk starting XI andalan Rinus Michels bersama legenda kenamaan De Oranje, tiga di antaranya yang paling fenomenal adalah Ruud Gullit, Frank Rijkaard, serta Marco van Basten.

Half-Time Show kali ini mengulas tentang ditunjuknya Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia oleh PSSI. Kedatangannya memicu keriuhan di publik, tim redaksi Bola.com mencoba menggali informasi tersembunyi tentang Kluivert dalam episode kali...

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Sosok Gerland Vanenburg

Kini, dengan kehadiran Gerald Vanenburg di sisi Patrick Kluivert setelah sebelumnya PSSI juga menunjuk Denny Landzaat dan Alex Pastoor sebagai asisten pelatih, mampukah Timnas Indonesia lolos langsung ke Piala Dunia 2026? Tak mudah untuk menjawabnya.

Yang pasti, Patrick Kluivert merasa senang terkait kehadiran Gerald Vanenburg. Selain kaya pengalaman, baik sebagai pemain maupun sebagai pelatih, Gerald Vanenburg menurut Patrick Kluivert satu visi dengannya.

"Berkolaborasi dengan rekan yang berpikiran sama seperti Gerald Vanenburg sangat penting untuk mencapai visi bersama," kata Patrick Kluivert.

Gerald Vanenburg, sebelum ke Indonesia, pernah menukangi sejumlah klub. Di antaranya PSV Youth, 1860 Munich, dan FC Eindhoven.

Misi yang diemban Patrick Kluivert dengan trio asisten pelatih asal Belanda jelas tak enteng, mengingat dua laga berat menanti di depan.

Pada 20 Maret, Jay Idzes cs. akan kembali melakoni laga lanjutan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 kontra Australia. Lalu, lima hari kemudian, menjamu Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta.

PSSI menargetkan kemenangan, karena tambahan enam angka membuat kans untuk lolos ke fase selanjutnya terbuka lebar. Apalagi jika kembali bisa mengalahkan China pada 5 Juni.

Momen Saat Belanda Tidak Beruntung

Indonesia yang saat ini bercokol di posisi ketiga Grup C dengan modal enam poin setidaknya butuh suntikan banyak angka guna mengincar posisi runner-up.

Demi target ambisius tadi, PSSI juga tengah mengebut proses dua calon pemain naturalisasi lainnya yakni Ole Romeny dan Jairo Riedewald. Diharapkan, dua amunisi ini sudah mengantongi KTP Indonesia sebelum Timnas Indonesia terbang ke Australia.

Terkait pertanyaan di atas, apakah tim yang ada saat ini, yang didominasi 'warna' Belanda, berhasil atau tidak, jawabannya bisa ya bisa juga tidak.

Rakyat Indonesia pastinya mengharapkan yang terbaik bagi tim kesayangan, terlebih mimpi beraksi di kasta tertinggi empat tahunan besutan FIFA kini sudah berada di depan mata.

Hanya saja, jika menoleh ke belakang, setidaknya ada momen penting di mana Belanda justru tak dinaungi keberuntungan di tengah asa yang membumbung tinggi. Apa saja keduanya:

Piala Dunia 1974

Setelah sekian tahun tak ambil bagian di Piala Dunia, Timnas Belanda kembali hadir di edisi 1974. Ini adalah penampil ketiga mereka paska Piala Dunia 1934 dan 1938.

Digelar di Jerman Barat, Belanda datang dengan semua pemain terbaiknya, termasuk 'Sang Pangeran" Johan Cruyff serta pelatih legendaris Rinus Michels.

Johan Cruyff dkk. tampil perkasa, juga memesona. Di final, mereka ditunggu tuan rumah Jerman Barat. Belanda jelas lebih dijagokan. Bukan saja karena pemain nan mumpuni di semua lini, tapi juga gaya permainan yang merevolusi dunia lewat Total Football.

Tapi apa yang terjadi selanjutnya sungguh menyakitkan. Belanda rubuh 1-2 di kaki Jerman, meski De Oranje sempat unggul lebih dulu lewat gol cepat Johannes Neeskens saat duel masih berjalan dua menit.

Sampai saat ini, nasib sial belum juga beranjak dari Timnas Belanda. Disebut-sebut sebagai salah negara yang tak pernah sepi mengentaskan bakat-bakat muda, Belanda justru belum pernah sekali pun memenangkan Piala Dunia.

Louis van Gaal di Manchester United

Manchester United pernah menaruh harapa besar kepada Louis van Gaal, setelah mereka mendepak David Moyes dari kursi pelatih.

Louis van Gaal menukangi Setan Merah dua tahun, dari 2014 sampai 2016. LVG ditargetkan bisa kembali memenangkan Premier League seperti yang dilakukan Sir Alex Ferguson.

Tapi, dua musim kepemimpinannya di sana, ia gagal mengemban amanah sebelum akhirnya dipecat pada Mei 2016.

Louis van Gaal sebenarnya sudah melakukan banyak cara agar bisa memenangkan Premier League, termasuk mengangkut eks anak buahnya di Timnas Belanda macam Memphis Depay dan Daley Blind.

Dibeli dengan harga selangit, Louis van Gaal berharap Memphis Depay dan Daley Blind bisa mendongkrak performa Red Devis.

Namun, bersama kedua pilarnya di Piala Dunia 2014 itu, Louis van Gaal hanya mampu mempersembahkan sebiji gelar bagi Manchester United: FA Cup.

Read Entire Article
Ilmu Pengetahuan | | | |