Bola.com, Jakarta - Klub raksasa Liga 1, Persib Bandung, sudah ancang-ancang melepas saham ke publik. Perusahaan induk pengelola, PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), sedang melakukan serangkaian langkah agar bisa memenuhi persyaratan melakukan Initian Public Offering (IPO).
Rancangan melantai ke bursa efek telontar setelah Persib Bandung sukses menggapai 'back to back champions' BRI Liga 1. Hal itu ditandai dengan keberhasilan mereka menjadi jawara di BRI Liga 1 2024/2025.
CEO PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB), Glenn Timothy Sugita menegaskan, klub kebanggaan warga Jawa Barat itu mulai menatap langkah baru, yang akan menjadi tantangan baru. Glenn optimistis, kondisi internal Persib Bandung yang jauh lebih stabil, membuat dirinya yakin.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Persib Bandung Bersiap Menyusul
“Kami melihat Persib Bandung lebih sehat, secara manajemen maupun struktur bisnis. Langkah menuju IPO bukan lagi sekadar mimpi, tapi sesuatu yang bisa segera diwujudkan,” ujar Glenn.
Beragam respons positif bermunculan, mulai dari para pejabat pemerintahan sampai bobotoh. Nah, jika PT PBB sebagai pengelola Persib Bandung benar-benar melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), bakal menjadi entitas klub sepak bola kedua yang berada di sana.
Sembari menunggu langkah-langkah konkret Persib Bandung menyusun prospektus, publik masih ingat klub pertama yang berhasil menjadi emiten. Yup, Bali United sudah melakukan yang pertama.
Enam tahun silam, Bali United resmi menjadi klub sepak bola pertama di Indonesia yang melepas saham ke publik, tepatnya Senin (17/6/2019). Mereka melakukan pencatatan saham perdana, setelah pada Mei 2019 melakukan initial public offering (IPO) atau penawaran saham pertama.
Kala itu, perusahaan yang memiliki dan mengelola Bali United, PT Bali Bintang Sejahtera Tbk resmi menjadi perusahaan publik ke-632 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan perolehan dana sebesar Rp 350 miliar. Tak hanya di Indonesia, momen istimewa ini sekaligus membuat Bali United sebagai klub sepakbola pertama di Asia Tenggara yang 'go public'.
Tumbuh Positif di 2024
Ketika kali pertama melepas saham di perdagangan BEI, emiten berkode saham “BOLA” tersebut melepas sebanyak dua miliar saham atau setara dengan 33,33 persen saham pada harga penawaran perdana sebesar Rp 175 per saham.
Bagi "BOLA" bukan hal mudah menggapai tujuan rilis saham ke publik. Setelah bertahun-tahun mengejar agar prospektus bagus, mereka mulai melakukan pergerakan efektif pada 31 Mei 2019.
Setelah itu, masuk ke masa penawaran umum pada 12 Juni 2019, dan diakhiri pencatatan saham di BEI, 17 Juni 2019. Jika melihat laporan pembaharuan terakhir pada 30 September 2024, alokasi pemegang saham terbesar ada empat pihak, yakni publik (47,78 persen, senilai Rp 28.665.422.800, lalu Pieter Tanuri (38,26 persen), PT Asuransi Central Asia (8,88 persen) dan Ayu Patricia Rachmat (5,08 persen).
Jika melihat performa keuangan, emiten "BOLA" mengalami fluktuasi. Namun, pada kuarter empat 2024, mereka sanggup memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 7,645 miliar, dari penghasilan Rp 155,699 miliar.
Nilai tersebut naik, karena pada periode Q3, mereka rugi bersih Rp 48,573 miliar. Pada akhir Q2, perusahaan mendapatkan keuntungan Rp 53 miliar, meneruskan performa positif pada Q1 yang membukukan laba bersih Rp 16 miliar.
Dapat Atensi Khusus
Pertumbuhan positif sepanjang 2024, membuat emiten "BOLA" mendapat atensi tersendiri dari publik. Apalagi ditunjang dengan rencana Persib Bandung yang bakal ikut melantai di BEI.
Jika merunut ke belakang, emiten "BOLA" punya langkah panjang. Perseroan didirikan dengan nama PT Bali Bintang Sejahtera (BBS) berdasarkan Akta Pendirian Perseroan No. 3 tanggal 3 Desember 2014.
Pada akhir 2014, perseroan mengakuisisi bisnis klub sepak bola Putra Samarinda (Pusam). Kemudian mengubah nama klub menjadi “Bali United Pusam”. Perseroan juga memindahkan homebase klub dari awalnya di Stadion Utama Palaran, Kalimantan Timur ke Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Pada 2016, Perseroan mengubah pendaftaran nama klub menjadi “Bali United”.
Unit bisnis dari PT BBS ini tak hanya Bali United. Mereka menjalankan kegiatan usaha utama di bidang klub sepak bola, perdagangan eceran khusus peralatan olahraga di toko, perdagangan eceran minuman tidak beralkohol dan perdagangan eceran pakaian. Lalu ada juga bisnis eceran pelengkap pakaian, perdagangan eceran tas, dompet, koper, ransel dan sejenisnya. Aktivitas konsultasi manajemen lainnya, aktivitas konsultasi bisnis dan, broker bisnis, serta aktivitas perusahan holding.
Otorisasi Alokasi Dana IPO
Menilik ke belakang, usai Bali United melantai ke BEI, seluruh dana hasil dari Penawran Umum Saham Perdana, setelah dikurangi biaya-biaya, digunakan untuk belanj modal, pengembangan fasilitas dan peralatan di stadion, pengembangan fasilitas latihan dan akademi.
Selain itu, dana juga teralokasikan ke ekspansi outlet Bali United Store dan Playland, pengembangan teknologi aplikasi dan program Customer Relationship Management untuk fans. Selain itu, ada juga alokasi untuk memperkuat struktur permodalan guna merekrut pemain dan pelatih, penyelenggaraan event serta operasional klub, megastore dan akademi sepak bola.
Menurut data idnfinancials, struktur perseroan "BOLA" berada di beberapa perusahaan. Beberapa di antaranya adalah PT. Bali Boga Sejahtera, PT. Ekonomi Baru Investasi Teknologi, PT. IOG Indonesia Sejahtera, PT. Kreasi Karya Bangsa, PT. Manusia Masa Depan, PT. Pedagang Aset Kripto, PT. Radio Swara Bukit Bali Indah dan PT. Rahasia Gadis Nusantara.
Jika merunut pada isi konten di atas, prospek emiten dengan perusahaan inti yang bergerak di bidang sepak bola, memiliki unsur positif yang bisa mengejutkan. Kini, publik akan menunggu apa yang sedang dipersiapkan Persib Bandung, sembari berharap benar-benar terealisasi untuk melantai di BEI.
Sumber : BEI