Kisah Kegagalan Penalti di Final Piala AFF 2010, Legenda Timnas Indonesia Masih Dihantui Trauma

11 hours ago 6

Bola.com, Jakarta - Insiden kegagalan mengeksekusi penalti saat Timnas Indonesia menghadapi Malaysia pada leg kedua final Piala AFF 2010, masih membekas di benak Firman Utina sampai sekarang.

Dalam pertandingan kontra Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, 29 Desember 2010, Timnas Indonesia dalam situasi yang kurang menguntungkan.

Pada pertemuan pertama di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, 26 Desember 2025, Skuad Garuda kalah tiga gol tanpa balas. Butuh perjuangan ekstra untuk bisa mengejar defisit gol pada leg kedua final Piala AFF 2010.

Kesempatan untuk menipiskan agregat sebetulnya tercipta pada menit ke-17 saat wasit asal Australia, Peter Green, menunjuk titik putih. Pemain Malaysia dianggap melakukan hand-ball dan hukuman penalti dijatuhkan.

Sayangnya, Firman Utina, yang ketika itu menjadi algojonya, gagal mengeksekusi dengan baik. Bola hasil sepakan 12 pasnya bisa dihalau penjaga gawang Harimau Malaya, Khairul Fahmi Che Mat. Penalti inilah yang tak luput dari kontroversi yang berkembang bertahun-tahun kemudian.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Firman Utina Masih Trauma

Jika diminta melakukan kilas balik soal peristiwa yang terjadi lebih dari satu dekade yang lalu itu, Firman Utina masih menyimpan trauma. Dia mengaku, sejak saat itu sudah tak mau lagi menjadi eksekutor penalti.

“Traumanya sampai sekarang. Saat bermain fun football pun, saya jarang mengambil penalti karena trauma. Karena, ada banyak hujatan yang tidak ada artinya,” kata Firman Utina dikutip dari kanal YouTube Giliran Bahas Sports.

Padahal, kata Firman, saat itu dirinya bukan termasuk pemain yang disiapkan pelatih Alfred Riedl untuk mengeksekusi penalti. Sudah ada tiga nama yang menjadi andalan skuad Garuda jika mendapatkan sepakan 12 pas.

“Biasanya H-2 sebelum bertanding, pelatih akan selalu memilih algojo yang akan menendang penalti. Saya itu tidak menjadi bagian dari para pemain yang dipilih untuk menjadi eksekutor penalti,” ujar dia.

“Bahkan, teman-teman saya itu mengambil semua, termasuk Bambang, Gonzales, dan Irfan Bachdim. Mereka adalah para algojo yang akan mengambil saat Timnas Indonesia mendapatkan penalti,” lanjutnya.

Gonzales Tak Bersedia

Firman mengakui, opsi algojo pertama ketika itu ialah Cristian Gonzales, mengingat Bambang Pamungkas berada di bangku cadangan. Akan tetapi, striker yang dijuluki El Loco itu ternyata tak bersedia mengeksekusinya.

“Saat di SUGBK, kejadian penalti pertama semua pemain tidak mau mengambil. Akhirnya saya balik ke belakang dan bertanya kepada pelatih untuk menentukan siapa yang harus mengeksekusi,” ujar dia.

“Saat itu, Gonzales ditunjuk, tetapi bola dikasih ke saya. Dia bilang, ‘Kamu saja yang ambil’. Ketika itu, pilihan eksekutor pertama kan Bambang Pamungkas, tetapi dia saat itu berada di bangku adangan,” tambahnya.

Firman mengatakan, dirinya mengambil penalti tersebut karena terpaksa. Pemain harus cepat dalam mengambil keputusan di lapangan. Meskipun tidak masuk, dia merasa tugasnya telah tuntas.

“Akhirnya Gonzales yang ditunjuk, dan ada Irfan Bachdim juga. Ada dua lagi siapa. Tapi, akhirnya saya yang dikasih bola agar mengambil karena tidak ada yang bersedia. Padahal, saat itu pengambilan keputusan harus cepat.”

“Akhirnya saya yang harus mengambil, dan kebetulan eksekusinya tidak masuk. Menurut saya ini adalah hal yang normal bagi pesepak bola.“

Sudah Terbaca Malaysia

Sebelum-sebelumnya, Firman memang telah mengambil penalti dan berhasil menuntaskannya dengan baik. Itulah yang membuatnya memilih arah bola yang sama. Namun, ternyata langkah tersebut sudah terbaca oleh kubu Harimau Malaya.

“Situasi bola itu memang situasi yang saya arahkan sama seperti ketika saya bermain melawan Laos atau Filipina. Sebab, sebelumnya, saya sempat sukses mengambil penalti di posisi yang sama,” kata dia.

“Saya tidak tahu kalau Timnas Malaysia menganalisis sampai ke situ. Memang Malaysia sudah punya tim analis. Bahkan mereka sudah tahu usia saya berapa,” lanjut lelaki asal Manado, Sulawesi Utara itu.

Berbuntut Panjang

Sayangnya, momen ini akhirnya berbuntut panjang. Para pemain jebolan Piala AFF 2010 diterpa isu tak sedap karena disebut terlibat dugaan pengaturan skor. Bahkan, Firman dan kawan-kawan sempat diperiksa Satgas Antimafia Bola bentukan Polri.

“Namun, kemudian tidak masuk dan ada opini bahwa pertandingan sudah diatur dan lain-lain. Padahal waktu itu kita juga menang, tetapi hanya kalah selisih gol. Pada saat itu ada tim Satgas Antimafia,” ujar Firman.

“Mereka memanggil pemain-pemain yang sekiranya terlibat dalam dugaan pengaturan skor. Saya ikut dipanggil karena saya sempat menjadi Ketua APPI. Melalui APPI, mereka memanggil para pemain ini,” imbuhnya.

Read Entire Article
Ilmu Pengetahuan | | | |