Bola.com, Kudus - Timo Scheunemann berbagi cerita kepada Bola.com mengenai kesulitan yang dihadapinya ketika mulai membangun ekosistem sepak bola putri lewat turnamen MilkLife Soccer Challenge.
Namun, pelatih kelahiran Kediri berdarah Jerman itu sudah senang karena hasil dari upayanya bersama sejumlah pihak sudah berbuah manis.
Timo Scheunemann menjadi pelatih yang sudah terlibat dalam upaya memassalkan sepak bola putri usia belia yang dilakukan Bakti Olahraga Djarum Foundation melalui MilkLife Soccer Challenge sejak 2023.
Ia bercerita bagaimana sulitnya meyakinkan sekolah dan orang tua siswa untuk bisa memberikan izin kepada putrinya untuk bisa bermain sepak bola.
"Perjuangan luar biasa kami mulai di Kudus dua tahun lalu," ujar Timo kepada Bola.com di sela-sela MilkLife Soccer Challenge All Stars di Kudus, Jawa Tengah.
"Paling sulit seri pertama di Kudus, karena waktu itu sekolah-sekolah sulit untuk diajak, guru-guru olahraga kesulitan untuk mencari pemain sepak bola putri. Ada orang tua yang tidak setuju, ada juga kepala sekolah yang tidak setuju," lanjutnya.
Berita Video Vlog Bola.com kali ini bakal ditemani Jurnalis Bola.com, Benediktus Gerendo Pradigdo yang melihat keseruan para bibit-bibit pesepak bola putri Indonesia ini bersaing dalam ajang MlikLife Soccer Challenge.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Usaha Tak Mengkhianati Hasil
Buah dari upaya berbagai pihak untuk memassalkan sepak bola putri itu akhirnya muncul saat seri kedua MilkLife Soccer Challenge memasuki seri kedua di setiap kota penyelenggara.
"Namun, kemudian mereka melihat setelah seri kedua, 'oh ternyata seperti ini ya, ternyata positif banget program ini.' Jadi kemudian mereka ikut," ujar Timo.
"Ada snowball effect, dan di setiap kota seperti itu Seri kedua selalu lebih banyak, bahkan dua atau tiga kali lipat peserta yang mengikutinya jika dibandingkan dengan seri pertama," lanjutnya.
Puncaknya di MLSC All Stars
Pergelaran MilkLife Soccer Challenge All Stars disebut Timo Scheunemann sebagai titik puncak dari pencarian bakat sepak bola putri di usia muda. Pemain-pemain yang dibawa di setiap kota peserta merupakan yang terbaik untuk mewakili daerah masing-masing.
"Sesuatu yang luar biasa setelah satu tahun di delapan kota, kita semua melihat kulminasinya di sini. Ada 14 pemain dari masing-masing kota, yang awalnya kami saring dari 30 pemain per kota," ujar Timo.
"Saya sangat senang melihatnya, karena anak-anak ini mendapatkan kesempatan bermain dalam turnamen yang luar biasa seperti ini," lanjutnya.
Harapan untuk Lebih Banyak Peserta yang Bergabung
Mulai dari seri per seri di MilkLife Soccer Challenge hingga MLSC All Stars, Timo Scheunemann merasakan proses yang luar biasa bagi anak-anak putri belia yang menyukai sepak bola.
Ia berharap kehadiran turnamen ini bisa memberikan pengaruh kepada mereka yang ingin bergabung tapi belum memulainya saat ini.
"Jadi saya berharap yang menonton dari rumah, bisa tertarik untuk ikut, lebih serius lagi berlatih, mencari SSB, bagaimana caraanya berkembang supaya bisa bermain di sini, juga nanti di Hydroplus U-14 dan U-16," ujar Timo.
"Ini saya melihat Djarum dan MilkLife serius banget untuk jangka panjang, jadi ayo join, kita kembangkan sepak bola putri Indonesia bersama-sama," lanjutnya.