Bola.com, Jakarta - Penunjukan Arab Saudi dan Qatar sebagai tuan rumah putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 terus mendapat sorotan di Indonesia. Soalnya ini menyangkut nasib Timnas Indonesia dalam misi lolos ke putaran final Piala Dunia 2026.
Selain Timnas Indonesia, putaran keempat yang matchday 1 akan dimulai pada 8 Oktober mendatang juga melibatkan nasib Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Irak, dan Oman.
Pengamat sepak nasional, Gita Suwondo, mengkritik keputusan AFC terkait penunjukan Arab Saudi dan Qatar.
"Kalau dibilang pantas enggak pantas, atau etis enggak etis, mungkin jadi nggak etis karena bisa dibilang AFC mencla-mencle sejak awal," kata Gita via kanal YouTube Sport Cast NTV belum lama ini.
"Dibilang kan akan ada tempat netral untuk putaran keempat. Menjelang November - Desember lalu kan dibilang bahwa akan di-central live di sebuah negara dari dua grup ini".
"Kemudian Maret kemarin keluar narasi yang mengatakan bahwa siapa pun yang mendapat poin paling tinggi di antara urutan ketiga dan keempat mereka yang akan menjadi tuan rumah," imbuhnya.
"Jadi kalau mengacu ke sana kan harusnya Irak dan Uni Emirat Arab karena mereka sama-sama punya poin 15. Qatar itu 13, Arab Saudi 13, kita 12, Oman juga 12. Jadi kemudian akhirnya disebutkan terakhir penunjukan Arab Saudi dan Qatar adalah karena peringkat mereka tertinggi di ranking FIFA," ujarnya lagi.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jika Berdasarkan Ranking FIFA
Lebih jauh Gita menyatakan bahwa dalam waktu dekat FIFA akan merilis ranking baru. Jika mengacu dari koefisien karena peringkat FIFA, seharusnya bukan kedua negara itu pula yang ditunjuk sebagai tuan rumah.
"Tanggal 1 Juli nanti keluar ranking baru dengan kemarin Irak mencatat kemenangan dan Arab Saudi kalah dari Australia. Urutan 58 dan 59 ini akan bisa berubah jadi Irak yang 58, Arab Saudi yang 59. Atau Arab Saudi mundur jadi 60 karena ada pengurangan poin," jelasnya.
"Jadi nggak patokan juga bahwa rangking yang tertingginya akan Qatar dan Irak mungkin. Namun, balik lagi, ini masalah politis sudah. Berat ngomongnya. Suudzon mungkin saya."
Dugaan Ada Utang Budi
Gita Suwondo pun memaparkan ibarat ada utang budi yang dirasakan FIFA terhadap dua negara tersebut sehingga keduanya dengan mudah mendapatkan persetujuan dari FIFA.
"Cuma, artinya gini. Kita bicara Piala Dunia 2034, 48 finalis. Kan 2026 mulai 48 finalis. Kalau 2030 karena 100 tahun Piala Dunia jadi 64 finalis. Kalau enggak turun lagi tetap 64 finalis, siapa negara bisa sendirian menyelenggarakan ini? Ya Arab Saudi. Makanya bidding 2034 nggak ada lawan Arab Saudi. Itu satu utang budi FIFA," kata Gita Suwondo seraya tertawa.
"Qatar, youth development FIFA adalah U-17, enggak siap dua tahun. Setiap tahun sekarang. Ada di Qatar 48 finalis. Kita salah satu finalisnya. Artinya keuntungan buat kita karena 48 finalis. Coach Nova Arianto yang pegang. Namun, balik lagi utang budi FIFA ke Qatar. Melihatnya sih seperti itu," pungkasnya.