Bola.com, Gianyar - Seluruh kontestan BRI Liga 2024/2025 pasti telah menyadari, putaran kedua tensi persaingan akan makin sengit. Tiap klub berlomba-lomba memperbaiki kekuatan untuk mempertahankan harga diri.
Di tengah persaingan yang makin sengit, sangat penting untuk terus menjaga spirit. Bagi tim elite BRI Liga 1, mereka harus terus berupaya menancapkan motivasi meraih cita-cita.
Jika ambisi tak dijaga dengan baik, jangan menyesal bila klub seperti Persebaya Surabaya harus digilas Barito Putera yang sedang berusaha keras menjauhi zona degradasi.
Kemenangan telak Barito atas Persebaya dengan skor 3-0 di Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, Bali, Sabtu (25/1/2025) malam WIB, bukti spirit bisa mengalahkan nama besar dan reputasi selangit.
Siapa yang bahagia dengan hasil ini? Bukan saja penggawa Laskar Antasari yang berpesta pora, tetapi Persib pun pasti sorak-sorak bergembira. Langkah Persebaya sebagai rival terdekat Tim Maung Bandung pun tertahan.
Apa yang terjadi dengan duel terbuka yang membuat Persebaya Surabaya tersungkur di kaki Barito Putera? Berikut tiga fakta yang menarik untuk dikupas.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pincang di Gelandang
Secara teknis dan non-teknis Barito Putera memang unggul segalanya. Terutama dari sisi mental bertanding. Kelemahan paling kasat mata adalah di lini tengah. Absennya Fransisco Rivera berpengaruh besar pada kinerja sektor vital ini.
Filter tengah Persebaya yang mengandalkan trio Gilson Costa, Mohammed Rashid, dan Flavio Silva yang ditarik ke belakang tak mampu menandingi empat gelandang Barito Putera. Kuartet Nazar Nurzaidin, Levy Madinda, Rizki Pora, dan Matias Mier sangat dominan.
Padahal M. Rashid dan Flavio sudah bekerja keras memenangkan lini tengah dan juga membantu lini depan Persebaya yang memakai trisula Dejan Tumbas, Bruno Moreira, dan Malik Risaldi.
Namun, Flavio yang punya naluri menyerang malah tampak sering di depan daripada membantu Gilson Costa yang kelabakan mengimbangi Levy Madinda dan Nazar Nurzaidin.
Aksi Matias Mier Bikin Kelenger
Kemenangan Barito Putera di tengah ini membuat alur bola ke depan makin lancar. Matias Mier yang biasanya sebagai playmaker malah bebas menari-nari di jantung pertahanan Persebaya.
Piece of a cake. Dengan skill tinggi tampak begitu mudahnya gelandang flamboyan asal Uruguay itu tiga kali membobol gawang kiper Timnas Indonesia sekelas Ernando Ari pada menit ke-8, 23', dan 90+5'. Seharusnya Matias Mier bisa mencatat quattrick jika bola chipnya tak diblokir Ernando Ari.
Aksi pemain pindahan dari Bhayangkara FC tersebut benar-benar membuat lini belakang Persebaya seperti kelenger. Bek tim asuhan Paul Munster tersebut tak mampu mengimbangi kualitas Matias Mier.
Menara Kembar Tangguh
Sebenarnya dengan pola 4-3-3, Persebaya sangat berambisi menghancurkan Barito Putera. Namun, gelombang serangan bertubi-tubi mereka tak mampu menembus benteng tangguh Barito Putera yang dikawal dua menara kembar asal Brasil, Renan Alvez dan Anderson do Nascimento.
Apalagi Anderson yang musim lalu satu tim dengan Flavio Silva di Persik Kediri, sangat gampang mengebiri striker Persebaya asal Portugal itu. Sehingga Renan Alvez bisa fokus memimpin bek lainnya untuk menghadang Dejan Tumbas, Bruno Moreira, dan Malik Risaldi.
Apalagi, kiper Satria Tama juga tampil luar biasa di bawah mistar gawang Barito Putera. Kegagalan serangan bak ombak bergelombang yang dilancarkan, membuat pemain Persebaya makin frustrasi. Seolah mereka kehabisan akal untuk menjebol gawang Satria Tama.