Bola.com, Jakarta - Tak kalah kinclong dari pemain Timnas Indonesia yang berkarier di Eropa, Ricky Kambuaya juga tampil memesona dalam kemenangan 1-0 atas Bahrain di laga kedelapan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Selasa (25/3/2025).
Meski masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-74, Ricky Kambuaya sukses mencuri perhatian ribuan pasang mata yang hadir langsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Begitu pun denan jutaan rakyat Indonesia yang menyaksikan duel krusial itu dari rumah atau tempat lain.
Aksi anak Papua di matchday 8 putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia pada Selasa (20/3/2025) malam memang layak diacungi jempol.
Masuk menggantikan Ragnar Oratmangoen, Ricky Kambuaya langsung bermain seperti orang kesetanan. Tak kenal lelah, pilar kepunyaan Dewa United itu hadir di semua lini.
Empat menit setelah masuk lapangan, Ricky Kambuaya menciptakan sebuah assist manis. Menyerbu dari sisi kiri pertahanan Bahrain, gelandang berhati baja itu melepaskan umpan terukur kepada Eliano Reijnders.
Sayang beribu sayang, Eliano Reijnders yang berdiri bebas tak jauh dari kotak penalti lawan gagal memaksimalkannya dengan baik. Jika saja gol, maka pujian kepada Ricky Kambuaya tak akan pernah padam sepanjang masa.
Tak banyak yang kaget ketika tim pelatih yang dikepalai Patrick Kluivert kembali memanggil petarung tak banyak bicara berusia 28 tahun itu. Soalnya, bersama Dewa United, Ricky Kambuaya merupakan salah satu protagonis di balik kedigdayaan Banten Warriors yang saat ini bercokol di posisi kedua klasemen sementara BRI Liga 1 2024/2025.
Timnas Indonesia tak pernah kehabisan stok di lini tengah, meski dalam tiga tahun terakhir tim nasional terus dibanjiri pemain-pemain naturalisasi. Menoleh ke belakang, setidaknya ada beberapa gelandang stylist yang pernah dimiliki Timnas Indonesia.
Siapa saja?
Berita Video, Timnas Indonesia sukses kalahkan Bahrain lewat gol tunggal Ole Romeny pada Selasa (25/2/2025)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ansyari Lubis
Jangan lihat posturnya. Meski terbilang mungil, tetapi tak ada yang berani membantah peran sentral Ansyari Lubis di Timnas Indonesia.
Pada masanya, legenda yang kini berusia 54 tahun merupakan salah satu gelandang terbaik yang jadi rebutan banyak klub papan atas Indonesia.
Ia beken kala memperkuat Medan Jaya, dari 1989 hingga 1993. Pelita Jaya harus menggeluarkan Rp25 juta untuk bisa mendapatkannya dan itu merupakan nilai transfer termahal saat itu.
Fakhri Husaini
Masih dari pulau Sumatera, tepatnya Aceh, siapa yang tak kenal Fakhri Husaini? Kelahiran Lhokseumawe, 59 tahun silam ini merupakan langganan Timnas Indonesia.
Sekian purnama, antara 1988 sampai 1997, Fakhri Husaini kerap dipercaya sebagai motor serangan di lini tengah.
Kelincahannya serta kejeliannya membaca pergerakan lawan membuat Fakhri Husaini terlihat begitu mudah mendistribusikan bola ke lini depan. Tembakannya dari luar kotak penalti juga oke.
Timnas Indonesia butuh waktu lama untuk mencari penggantinya, mengingat ia seorang gelandang stylist dengan ragam variasi dan kreasi.
Firman Utina
Seperti diketahui, Timnas Indonesia punya ribuan gelandang sepanjang sejarah. Namun, hanya segelintir yang layak masuk daftar gelandang stylist. Satu di antaranya yang patut diapresiasi tinggi, siapa lagi kalau bukan Firman Utina.
Mantan motor dan kreator Arema Malang dan Persita Tangerang ini pernah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari skuad utama Timnas Indonesia pada awal 2000-an.
Bukan hanya memiliki stamina yang mampu bertarung hingga babak perpanjangan waktu, Firman Utina juga jagonya bola-bola pendek dan umpan silang yang mematikan.
Shoot jarak jauhnya juga sangat berbahaya, terlebih jika kiper lawan tidak dalam posisi 100 persen siaga.
Ponaryo Astaman
Tidak adil rasanya jika tidak menyebut nama pemain yang satu ini. Dua tahun lebih tua dari Firman Utina, Ponaryo Astaman mengingatkan penggemar Timnas Indonesia akan Rully Nere, sang legenda asal Papua yang menjadi roh permainan Skuad Garuda era 1980-an.
Ponaryo Astaman, tak terbantahkan lagi, marupakan reinkarnasi Rully Nere selama bertahun-tahun, dari 2001 hingga 2014.
Selain visi bermain, legenda sepanjang masa PSM Makassar, yang kini menduduki jabatang penting di Borneo FC itu, mahir melepaskan umpan seraya mengecoh lawan dengan cara mengalihkan pandangan ke arah lain.