Bola.com, Jakarta - Mohd Safee bin Mohd Sali atau yang biasa disapa Safee Sali masih seperti dulu, hangat dan bersahabat. Tak ada tanda-tanda ketuaan, meski legenda Malaysia itu kini sudah berusia kepala empat.
Sebagai mantan pemain kenamaan di negaranya, bahkan di Asia Tenggara, tak sulit bagi Safee Sali untuk menukangi sebuah tim. Dengan pengalamannya yang panjang sebagai pesepak bola selama lebih kurang 20 tahun, ia tentu saja menarik minat banyak klub.
Hanya saja, kelahiran Selangor, Malaysia, 40 tahun silam tersebut lebih memilih sebagai pundit atau pengamat sepak bola di Malaysia ketimbang harus mengotaki tim sebagai pelatih.
Dalam tayangan YouTube Sport77 belum lama ini, Safee Sali mengatakan profesi seorang pelatih tak ubanya juga seorang pemain yang masih eksis di lapangan hijau.
"Pelatih sudah kayak pemain juga. Hari-hari latihan. Sama saja. Saya sudah melakukannya dari umur belasan tahun, sudah capeklah. Kalau jadi pundit di televisi, bangun pun enggak perlu terlalu awal," kata Safee Sali sembari tertawa renyah.
Bola Break kali ini kedatangan seorang asisten pelatih Ricky Nelson. Kami akan membahas seputar kehadiran Patrick Kluivert di Timnas Indonesia. Seperti apa keseruannya?
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Masih di Lingkaran Sepak Bola
Meski tak lagi bersentuhan langsung dengan si kulit bundar, eks bomber Timnas Malaysia yang juga salah satu protagonis di balik kedigdayaan Harimau Malaya menggondol trofi Piala AFF 2010 itu mengaku masih berada di lingkaran sepak bola.
"Masih di dalam industri sepak bola. Walau pun bukan pelatih, walau pun bukan pemain. Tetapi masih bicara pasal sepak bola," tukas Safee Sali.
Menurut Safee Sali, menjadi pelatih tidak mudah. Lagi pula, di usianya yang kian senja, ia ingin lebih menikmati hidup dan yang paling penting lagi bisa dekat dengan keluarga tercinta.
"Lebih mau ketenangan. Rileks sama keluarga. Itu saja," katanya.
Pernah Rasakan Kerasnya Liga Indonesia
Mengawali karier profesional pada usia 19 tahun ketika bergabung dengan tim Kuala Lumpur pada 2003, sang legenda hidup itu memutuskan pensiun pada usia 39 tahun di klub Kuala Lumpur City.
"Terakhir main di klub sama Kuala Lumpur City. Waktu itu main di final lawan PSM Makassar di Piala AFC 2022 Zona ASEAN. Habis itu gantung sepatu," tukas Safee Sali.
Selain berkarier di kampung halaman, Safee Sali juga pernah merasakan kerasnya Liga Indonesia ketika Pelita Jaya mengangkutnya dari Selangor pada 2011. Hingga 2012, ia tampil dalam 42 laga dengan torehan delapan gol.
Ia juga pernah mencoba peruntungan bersama Arema Cronus pada 2013, namun nasib baik tak berpihak sebelum akhirnya ia memutuskan kembali ke Malaysia dan memungkasi petualangannya yang panjang di sana.
Menjunjung Tinggi Disiplin
Selama menjadi pemain, termasuk di level pemain muda, Safee Sali sosok pemain yang sangat menjunjung tinggi sikap disiplin. Tak heran kalau ia jadi langganan Timnas Malaysia.
"Bangun pagi selama 20 tahun berkarier jadi pemain, seperti itulah. Saya tipe pemain yang sangat jaga disiplin. Waktu pemain muda, ya tentu saja ada malas-malas juga. Tapi kita tahu ada kerja, disiplin harus jaga. Saya mau jaga prestasi," ujarnya bangga.
"Saya di Timnas Malaysia dari U-18, U-19, U-23, sampai ke senior. Di senior saya ganti-ganti pasangan di depan, juga ganti-ganti pelatih," pungkasnya.